Halalbihalal Pusdiklat Administrasi, Kaban Ajak Bersyukur Melalui Moderasi Beragama

4 Jun 2021
Halalbihalal Pusdiklat Administrasi, Kaban Ajak Bersyukur Melalui Moderasi Beragama

Ciputat (4 Juni 2021). Dalam kasus Eropa dan Arab, mengapa mereka gagal mengelola kebesaran wilayah dan persatuan? Karena mereka gagal mengelola perbedaan, yang merupakan sunnatullah.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban) Achmad Gunaryo pada kegiatan halalbihalal sekaligus pembinaan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban) Achmad Gunaryo dengan para widyaiswara Pusdiklat Tenaga Administrasi dan widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan di aula KH Saefudin Zuhri Pusdiklat Tenaga Administrasi pada hari Jumat (04/06).

“Maka dengan bersyukur dan belajar dari dua kasus Uni Eropa dan Dunia Arab maka Indonesia tidak ingin terjebak pada polarisme secular versus teokrasi. Indonesia memilih dan mengembangkan modelnya sendiri yaitu negara Pancasila,’’ tambah Kaban.

Menurut Kaban di negara Pancasila, agama tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan demokrasi, negara menfasilitasi kehidupan agama dan beragama dan pada saat yang sama Indonesia juga tidak menolak perkembangan peradaban (modernitas).

“Penerimaan normatif terhadap agama di satu sisi dan penghargaan terhadap (perkembangan) peradaban manusia di sisi lain menjadikan Indonesia bukan negara agama, bukan pula negara sekular melainkan sebuah negara yang dibangun atas dasar plurarisme (sosial, politik, agama, hukum, etnis dll),’’ jelas Kaban Gunaryo.

Kemudian Kaban Gunaryo memberikan gambaran wujud toleransi di Indonesia antara lain meski suku Jawa adalah mayoritas, tetapi bahasa Jawa tidak menjadi bahasa nasional, melainkan bahasa Melayu (bahasa minoritas), meski Islam mayoritas, hari libur mingguan adalah MINGGU, bukan JUM’AT, di banyak tempat di Indonesia, tempat ibadah agama yang berlainan terletak bersebelahan.

Kaban juga menjelaskan apa itu Moderasi Beragama. Moderasi Beragama adalah perilaku keagamaan yang tidak ekstrim, khususnya di tengah-tengah pluralitas yang mensyaratkan adanya kemauan untuk saling berbagi (menerima dan memberi), toleransi (keikhlasan untuk berkoeksisten), dan kemauan untuk saling memahami, untuk tujuan bersama: yaitu membentuk dan mempertahankan Negara Indonesia.

Diakhir paparannya Kaban mengajak seluruh peserta untuk selalu bersyukur dan bangga sebagai bangsa Indonesia yang hebat dengan negara yang besar serta kaya akan perbedaan.

Hadir pada kesempatan ini Kepala Pusdiklat Tenaga Administrasi A. Buchori, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Imam Safe’I, pejabat struktural eselon 3 dan 4 serta para widyaiswara.[]

RS/diad

Penulis: Rahmi Siregar
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI