Harap-harap Cemas Peneliti Balitbang Diklat Kemenag Hadapi BRIN
Tangerang Selatan (10 Juni 2021). Para peneliti di lingkungan Badan Litbang dan Diklat (Balitbang Diklat) Kementerian Agama harap-harap cemas menghadapi lahirnya Badan Riset Nasional (BRIN). Sebab, kemunculan BRIN dan statusnya sebagai peneliti Balitbang Diklat Kemenag harus dialihkan ke lembaga baru. Secara kultural dan struktural, para peneliti merasa tercerabut dari akarnya yang selama ini sudah menancap kokoh.
Hal tersebut dikatakan Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag Hj. Sunarini, M.Kom. atas nama panitia Temu Peneliti bertema ‘BRIN dan Masa Depan Riset Agama dan Keagamaan’ yang dihelat di Swiss Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (10/6).
“Temu Peneliti Agama Nasional 2021 memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, acara ini memiliki nuansa khusus lantaran suasana kebatinan para peneliti yang harap-harap cemas terkait lahirnya kebijakan pengalihan status kepegawaian para peneliti ke lembaga baru setingkat kementerian, yakni BRIN,” ungkapnya.
Kondisi tersebut, kata dia, dapat dimaklumi mengingat kelompok pemikir dan cendekiawan di Kemenag ini sejak awal berkhidmat dan berkontribusi penting sebagai penyedia data dan informasi bagi pengembangan kebijakan layanan keagamaan meliputi masalah kehidupan keagamaan, bimbingan masyarakat agama, pendidikan agama dan keagamaan, serta lektur, khazanah keagamaan, dan manajemen organisasi.
Ia menambahkan, Temu Peneliti kerap kali oleh peneliti disebut sebagai ‘Lebarannya Peneliti’. Mengingat pentingnya forum ini, lanjut dia, biasanya seluruh peneliti yang mencapai 300-an orang hadir.
"Akan tetapi, karena pertimbangan pandemi Covid-19, jumlah tersebut dikurangi, sehingga yang hadir bahkan tidak mencapai sepertiganya, tetapi dipandang sebagai representasi dari keseluruhan peneliti,” tandas Rini, sapaan akrabnya.
Kegiatan tersebut, lanjut dia, merupakan ajang pertemuan para peneliti di lingkungan Kemenag yang tersebar di tiga Puslitbang, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, serta tiga Balai Litbang Agama. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam Temu Peneliti ini akan didiskusikan sejumlah perkembangan riset agama dan keagamaan di Indonesia.
“Kita mendiskusikan segenap hasil penelitian sosial keagamaan bagi penyediaan data untuk pengembangan kebijakan Kementerian Agama, mengkaji arah baru dunia penelitian dan perkembangan keilmuan yang relevan dengan tantangan dan konteks kekinian, serta mendiskusikan berbagai peluang dunia riset dan kajian keagamaan di tengah problem sosial keagamaan yang dihadapi,” paparnya.
Peran Kontributif
Dalam pidato pengarahannya, Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof Achmad Gunaryo mengatakan bahwa Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sedianya membuka resmi Temu Peneliti. “Namun, beliau dipanggil presiden malam ini sehingga saya yang menggantikan beliau. Berikut ini saya bacakan sambutan Gus Menag,” kata Kaban.
Selama lebih kurang 45 tahun, Badan Litbang Kementerian Agama secara konsisten menjalankan peran kontributifnya dalam mewarnai dinamika pembangunan nasional. Selama kurun waktu tersebut, lembaga ini telah menghasilkan ratusan produk penelitian meliputi bidang kehidupan beragama, pendidikan agama dan keagamaan, dan lektur/khazanah keagamaan.
“Tercatat puluhan konsep kebijakan telah dihadirkan dan digunakan sebagai rujukan, sehingga manfaatnya sangat dirasakan bangsa ini. Jika hari ini kita masih merasakan keakraban hubungan antarumat beragama, itu tidak lepas dari peran Badan Litbang Agama dalam menyediakan konsep kebijakan di bidang kerukunan,” kata Kaban, Kamis (10/6).
Jika hari ini kita mampu meminimalisir potensi konflik akibat penyediaan fasilitas peribadatan, lanjut Kaban, itu tidak dapat dipisahkan dari usaha lembaga ini dalam menghadirkan konsep kebijakan yang tepat berkenaan dengan pendirian rumah ibadat.
“Jika hari ini kita dapat mengantisipasi potensi konflik akibat kemunculan Ahmadiyah, misalnya, beberapa tahun yang lalu itu juga bagian dari ikhtiar lembaga ini yang berhasil menghadirkan konsep resolusi konflik yang menjadi komitmen bersama,” sambungnya.
Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini menambahkan, jika hari ini kita secara bertahap mampu mengikis radikalisme agama sekaligus mempromosikan moderasi beragama, tidak terbantahkan kalau lembaga ini juga menjadi salah satu ujung tombaknya.
“Untuk itu, atas dedikasinya selama ini saya mewakili Kementerian Agama mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran pimpinan dan pegawai Badan Litbang, khususnya kepada para peneliti yang mungkin tidak terlalu lama lagi akan berubah statusnya menjadi peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),” disambut tawa pilu para peneliti.
Selain Menag, narasumber kegiatan antara lain Kepala BRIN, Sekjen Kemenag, Deputi SDM Aparatur Kemenpan RB; Deputi Kelembagaan Kemenpan RB; Bappenas; dan Ketua Himpenindo. Temu Peneliti diikuti 300 orang dengan komposisi 100 peserta luring dan 200 secara daring. Peserta terdiri dari peneliti Puslitbang, Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di tiga Balai Litbang Agama, peserta kementerian/lembaga lain, serta panitia pelaksana. (Ova/bas)