Hikmah Tiga Figur Teladan: Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar
Jakarta (Balitbang Diklat)---Salat Iduladha tingkat kenegaraan pada 1445 H/2024 M, berlangsung pagi ini di Masjid Istiqlal Jakarta. Salat yang dimulai pukul 07.00 WIB selain dihadiri ribuan Umat Islam dari DKI Jakarta dan berbagai daerah, dihadiri pula oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, beserta sejumlah Menteri Kabinet Indonesia dan para duta besar.
Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Suyitno yang bertugas sebagai khatib dalam pelaksanaan salat ini, menyampaikan khotbah dengan tema "Semangat Iduladha Hadirkan Cinta dan Kepedulian Sosial". Pada kesempatan tersebut khatib mengajak jemaah untuk merenungkan makna yang dalam dari perayaan Iduladha.
Dalam khotbahnya, Suyitno mengisahkan ujian yang dihadapi oleh keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam. Ketika Ismail mencapai usia balig, Nabi Ibrahim alaihissalam mendapatkan petunjuk melalui mimpi untuk menyembelih putranya. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat As-Shafat ayat 102.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," (QS: As-Shafat ayat 102).”
Ayat tersebut menggambarkan dialog yang demokratis antara ayah dan anak sebelum mengambil keputusan penting. Keluarga Nabi Ibrahim menunjukkan kepribadian mulia dengan kepatuhan penuh kepada perintah Allah Swt, yang menjadikan Nabi Ibrahim alaihissalam mendapat gelar Khalilullah," ujar Suyitno di Jakarta, Senin (17/6/2024).
Pada kesempatan tersebut, Suyitno juga menyoroti keteguhan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh Siti Hajar, ibu dari Nabi Ismail alaihissalam, sebagai simbol ketokohan tripartit antara ayah yang tegas dan demokratis, anak muda yang tangguh dan pemberani, serta ibu yang penuh kasih dan sabar.
“Ketiga figur ini menjadi contoh teladan bagi umat manusia sepanjang masa,” terangnya.
Bangsa yang besar, kata Suyitno, membutuhkan figur-figur seperti Nabi Ibrahim alaihissalam yang tegas dan memegang teguh prinsip meskipun menghadapi situasi sulit dan berisiko. Sosok pemuda seperti Nabi Ismail alaihissalam, yang ulet dan berani, juga sangat dibutuhkan.
Suyitno menutup khotbahnya dengan mengutip syair dari Ahmad bin al-Husein al-Ja'fi al-Kindi al-Kufi (Al-Mutanabbi) yang mengajarkan tentang mencapai kemuliaan dengan usaha dan pengorbanan.
(Barjah/diad/Sr)