Implementasi MB Perspektif Guru Besar Antropologi Undip
Jakarta (Balitbang Diklat)---Guru Besar Antropologi Universitas Diponegoro (Undip) Mudjahirin Tohir menekankan pentingnya acara seperti Seminar dan Lokakarya Penguatan Moderasi Beragama sebagai sarana sosialisasi nilai-nilai moderasi beragama di kalangan perguruan tinggi. Menurutnya, acara ini menjadi platform penting untuk menyepakati dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut di kampus-kampus Indonesia.
"Acara ini sangat bermanfaat sebagai sarana sosialisasi, di mana ada kesepakatan umum untuk bagaimana menyosialisasikan nilai-nilai moderasi beragama di kalangan perguruan tinggi. Di Undip, kami sudah memulai dengan kajian-kajian multikultural, dan kami memiliki kesepahaman untuk menjadikan kampus sebagai tempat yang multikulturalis, dalam arti beragama secara moderat," ujar Mujahirin di Jakarta, kamis malam (19/7/2024).
Mujahirin juga berharap agar acara-acara serupa di masa mendatang bisa dilaksanakan dengan durasi yang lebih panjang, sehingga materi yang disampaikan bisa lebih mendalam dan mengenai sasaran dengan lebih baik. "Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat, dan kami berharap ke depannya waktunya bisa lebih panjang lagi supaya pesan-pesan yang disampaikan dapat benar-benar diresapi dan dipraktikkan," tambahnya.
Seperti diketahui, Seminar dan Lokakarya Penguatan Moderasi Beragama ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Agama dan Forum Rektor Indonesia (FRI). Kegiatan ini berhasil menghadirkan perwakilan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk 54 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), 63 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN), 18 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dan 10 Vokasi.
Dari hasil paparan dan diskusi dalam acara tersebut, lahir sebuah inisiatif bernama Asta Aksi sebagai komitmen bersama untuk membangun ekosistem moderasi beragama di perguruan tinggi. Komitmen ini ditandatangani oleh perwakilan rektor dan pimpinan perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Asta Aksi mencakup berbagai langkah konkrit untuk mendorong moderasi beragama, termasuk integrasi nilai-nilai moderasi dalam kurikulum, penyediaan fasilitas ibadah yang memadai, serta penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang mempromosikan toleransi dan kerukunan beragama.
Dengan adanya komitmen ini, diharapkan perguruan tinggi di seluruh Indonesia dapat menjadi contoh dalam penerapan moderasi beragama dan multikulturalisme, serta menciptakan lingkungan akademik yang inklusif dan harmonis. (Barjah/bas/sri)