Ini 5 Alasan Guru Wajib Ikut Diklat!
Makassar (Balitbang Diklat)---Pelatihan secara klasikal adalah momen langka, sebab keterbatasan jumlah BDK dan Loka sehingga peserta perlu bergiliran. Maka kesempatan pelatihan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar peserta mendapatkan kompetensi, keterampilan, dan ilmu baru.
Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Arskal Salim GP menekankan terdapat lima tantangan yang dihadapi guru masa kini. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan tersebut guru wajib mengikuti diklat.
“Saat ini, ada lima tantangan yang dihadapi guru. Tantangan ini menjadi motivasi agar guru meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan ilmunya,” ungkap Sesban Arskal saat membuka kegiatan pelatihan di BDK Makassar, Selasa (4/7/2024).
Tantangan pertama, adanya gap generation antara guru dan murid. Kondisi tersebut perlu dipahami agar tidak ada ketimpangan cara mendidik.
“Guru berasal dari generasi milenial, gen X, atau baby boomers; sedangkan saat ini murid berasal dari generasi Z. Gap generation ini perlu dipahami, sehingga guru bisa beradaptasi dengan perbedaan pola didik antar generasi,” katanya.
Kedua, lanjut Arskal, Kedua, adanya tantangan globalisasi. Saat ini terjadi revolusi teknologi informasi yang cepat, masyarakat dunia semakin kecil karena komunikasi bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.
“Guru harus bisa merespons globalisasi, sehingga perlu mempelajari dan memahami berbagai kemajuan zaman. Dengan kemampuan ini, guru bisa memberikan bekal bagi murid untuk bisa menghadapi perkembangan dunia yang lebih maju,” ujar pria asal Makassar itu.
Tantangan ketiga, adanya revolusi industri 4.0. Dengan revolusi industri lahirlah berbagai kemajuan teknologi yang mengganti tenaga manusia.
“Revolusi industri melahirkan internet of things, maraknya penggunaan Artificial Intelegent (AI), termasuk dalam dunia pendidikan. Guru perlu memahami bahwa kemajuan teknologi bisa bermanfaat untuk kemudahan proses belajar mengajar jika digunakan dengan baik,” tuturnya.
Keempat, kata Arskal, tantangan menjadi guru profesional. Untuk menjadi profesional, diperlukan pendidikan dan peningkatan kompetensi, salah satunya melalui pelatihan.
Tantangan kelima, adalah pentingnya literasi budaya dan bahasa. Kemampuan bahasa perlu dikuasai karena melalui media bahasa, maka bisa menjadi bagian dari komunitas global.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa berinteraksi global melalui bahasa. Penguasaan bahasa asing menjadi modal untuk membangun generasi yang bisa bersaing secara global,” ungkapnya.
Terakhir, Arskal mengingatan bahwa pelatihan menjadi kesempatan untuk menjalin networking agar bisa berkolaborasi secara profesional. “Bangsa yang unggul adalah bangsa yang memperhatikan perkembangan generasinya, demi mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Kegiatan pembukaan Pelatihan Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah Angkatan III, Pelatihan TIK MA Angkatan I dan II, Pelatihan TIK MTS Angkatan I dan II di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar dihadiri pula oleh Plt. Kepala BDK Makassar Sukma, para widyaiswara, dan peserta yang berasal dari berbagai daerah.
(diad/Sr)