Ini Tiga Isu Utama dalam Halaqah Ulama ASEAN
Jakarta (16 Oktober 2017). Dalam gelaran Halaqah Ulama ASEAN 2017 yang akan dihelat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Selasa (17/10) besok, setidaknya ada tiga isu utama yang akan dibahas. Namun semuanya bermuara pada tema besar, yakni Penguatan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam ASEAN (Strengthening The Competitiveness of ASEAN Islamic Educational Institution).
Halaqah Ulama ASEAN kali ini diarahkan kepada tiga hal. Pertama, pengembangan Islam moderat melalui jaringan pendidikan Islam ASEAN. Kedua, penguatan daya saing lembaga pendidikan Islam di ASEAN. Ketiga, membuat model lembaga pendidikan Islam yang kompetitif, mampu merespon tantangan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. mengatakan hal tersebut kepada para wartawan di depan Auditorium HM Rasyidi Gedung Kemenag RI Jl. MH. Thamrin Jakarta, kemarin. Dalam jumpa pers tersebut, Kaban didampingi Kepala Puslitbang Penda Prof. Amsal Backhtiar, dan Ketua Panitia Organizing Committe (OC) Nyai Hj. Faiqoh Mansyur.
Saat ditanya tentang pentingnya tema halaqah, Mas’ud mengatakan, pertimbangan tema tersebut penting dan perlu diangkat karena peran sentral pendidikan. “Pendidikan itu segala-galanya. Meski (proses dan hasil) pendidikan itu lambat, tapi ia merupakan kekuatan yang dahsyat,” tegasnya.
Guru besar UIN Semarang lulusan University of California Los Angeles AS ini menambahkan, halaqah tahun ini lebih istimewa lantaran didahului penelitian tentang pesantren dan lembaga pendidikan yang memiliki kemandirian di bidang ekonomi, baik di Indonesia maupun di negara ASEAN lainnya.
“Temuan riset tersebut menyatakan ternyata beberapa pesantren di Indonesia mampu mandiri dalam ekonomi dan mendorong jiwa wirausaha para santrinya. Di negara ASEAN lainnya, lembaga pendidikan Islam berjalan lewat usaha sendiri, terutama di negara-negara yang muslimnya minoritas, seperti Kamboja dan Philipina," kata Mas’ud.
Ia mengatakan, halaqah ulama ASEAN tahun 2017 merupakan tindak lanjut dari halaqah yang sama tahun 2016. Saat itu, halaqah yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut mengusung tema Mengembangkan Islam Moderat Melalui Jaringan Pesantren ASEAN.
“Tiga rekomendasi dihasilkan dari forum itu. Pertama, mensosialisasikan Islam Wasathiyyah (moderasi) untuk merealisasikan Islam rahmatal lil 'alamin. Kedua, membuat program bersama guna meningkatkan kemandirian lembaga pendidikan Islam di bidang ekonomi dan sosial budaya. Ketiga, memperkuat daya saing lembaga pendidikan Islam untuk menghasilkan SDM yang bermutu,” paparnya.
Halaqah yang akan dijadwalkan selama tiga hari, Selasa-Kamis, 17-19 Oktober 2017 di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta ini bakal dihadiri sejumlah pakar dari dalam negeri dan mancanegara. Peserta halaqah berasal dari 12 negara, 10 negara ASEAN ditambah dari Tiongkok dan Timor Leste.
Para narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra (Indonesia), Prof. Ronald A Lukens Bull, Ph.D. (USA), Khaerudin al-Juned, Ph.D. (Singapura), Prof. Dr.Dato’ Siddiq Fadzil (Malaysia), Prof. Dr. Esmail W Ebrahim (Filipina), Dr. Haji Hambali Haji Jaili (Brunei Darussalam), HE Mohamad Farid Hosen (Kamboja), Dr. Ma Thanh Thanh Hoang (Vietnam), Dr. Chit Ko Ko Oo (Myanmar), Dr. H Ahmad Kamel (Thailand), Dr. Arif Abdullah Sagran (Timor Leste), dan Syaikh Abdullah Muhammad Wang Wenjie (Tiongkok). (Musthofa Asrori/bas)