Inilah Gagasan Cak Nur untuk Penguatan Moderasi Beragama

25 Okt 2023
Inilah Gagasan Cak Nur untuk Penguatan Moderasi Beragama
Kaban Suyitno pada pada Kegiatan Muktamar Pemikiran Cak Nur dan Paramadina Research Day, dengan tema “Kontekstualisasi Visi Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemodernan Menuju Indonesia Emas 2045’, di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (25/10/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Suyitno mengatakan sebagai tokoh fenomenal Islam, Nurcholish Madjid (biasa dipanggil Cak Nur) memiliki gagasan yang dapat diadopsi ke dalam program prioritas Penguatan Moderasi Beragama sebagai mainstream dalam membangun Indonesia ke depan.

Pertama, Menurut Kaban, dengan tradisi pesantren yang sangat kuat, menjadikan legacy beliau sebagai seorang tokoh yang pandangan-pandangannya berbasis pada spiritualitas, nilai-nilai keislaman, dan nilai agama yang sangat kuat.

“Kedua, Cak Nur juga merepresentasikan modernitas, karena dari proses geneologis dan akademiknya. Sehingga, orang bisa juga menyebut beliau sebagai ‘Fazlur Rahman’-nya Indonesia,” ucap Kaban, di Jakarta, Rabu (25/10/2023).  

Kaban mengatakan hal tersebut saat didaulat memberikan sambutan pada Kegiatan Muktamar Pemikiran Cak Nur dan Paramadina Research Day, dengan tema “Kontekstualisasi Visi Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemodernan Menuju Indonesia Emas 2045’, di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Jakarta.

“Orang seperti Cak Nur sangat dibutuhkan, yang mengorangkan orang, memanusiakan manusia. Tidak memandang orang karena persoalan etnis, ras, suku, bahkan meskipun beda agama,” ujar Kaban.

Menurut Kaban, banyak gagasan-gagasan Cak Nur yang bisa diadopsi, apalagi di era Gus Men ini. Salah satu program prioritasnya adalah memastikan berjalannya program Penguatan Moderasi Beragama (PMB). 

“PMB menjadi bagian penting bagi semua termasuk kampus, agar cara pandang kita memandang bangsa seperti yang di-legacy-kan Cak Nur. Agama, keindonesiaan, dan kemodernan dapat menjadi satu kesatuan yang komplementer,” imbuhnya.

Terakhir, ungkap Kaban, “Saya menyimpukan bahwa Cak Nur adalah sosok penerjemah nyata dari kaidah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah.  Insya Allah kita semua terus merawat tradisi, tetapi tidak lupa ingin juga mengadaptasi, mengadopsi modernitas, bahkan pasca modernitas,” pungkas Kaban. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: barjah
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI