Inilah Pentingnya Metamorfosis Kecerdasan Bagi Manusia

10 Mar 2025
Inilah Pentingnya Metamorfosis Kecerdasan Bagi Manusia
Kepala BMBPSDM Muhammad Ali Ramdhani saat memberikan arahan pada Pembinaan Pegawai BLA Semarang, Senin (10/3/2025).

Semarang (BMBPSDM)---Konsep metamorfosis tidak hanya terjadi dalam biologi, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan beragama. Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramadhani, menegaskan bahwa moderasi beragama bukan sekadar memahami aturan dalam agama, tetapi juga bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sosial.

 

“Ada proses yang disebut dengan metamorfosis. Bagi seseorang yang mengalami perkembangan ini, hingga mencapai kecerdasan sebagai manusia,” ujar Kang Dhani—sapaan akrabnya—saat memberikan arahan pada Pembinaan Pegawai BLA Semarang, Senin (10/3/2025).

 

Ia menekankan bahwa norma dan nilai dalam masyarakat akan terus berkembang, termasuk dalam interaksi sosial. “Kalau dasarnya bagi umat Muslim adalah menutup aurat, maka itu menjadi pilihan yang dihormati. Namun, dalam kehidupan sosial, ada juga nilai-nilai yang berkembang sesuai dengan norma masyarakat,” pesannya di hadapan puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) Balai Litbang Agama (BLA) Semarang.

 

Doktor jebolan ITB ini juga menyoroti pentingnya kecerdasan sosial dalam membangun kerja sama di masyarakat. “Dalam teori sosial, satu orang penakut bisa menjadi dua orang pemberani ketika ada keseimbangan dalam interaksi sosial,” katanya.

 

Selain itu, ia mengaitkan konsep ekoteologi dengan tanggung jawab manusia dalam menjaga keseimbangan alam. “Akidah sederhananya, manusia harus mampu menjaga ekoteologi agar kehidupan berjalan dengan baik,” imbuhnya.

 

Dalam pandangannya, memahami cinta dan kemanusiaan merupakan bagian dari ekoteologi kehidupan yang dibingkai dengan nilai-nilai keagamaan. “Cinta bukan sekadar kasih sayang, melainkan juga memiliki konsekuensi dalam kehidupan. Sebab cinta tidak sekadar sesuatu yang baik, tetapi juga memiliki dampak yang harus kita kelola,” pungkasnya.

 

Sementara itu, Kepala BLA Semarang, Moch. Muhaemin, menambahkan bahwa pelayanan yang berbasis kasih sayang, akan menciptakan lingkungan kerja hamronis. “Ketika suasana kerja penuh kebahagiaan, individu akan lebih bersemangat, kreatif, dan mampu bekerja sama dengan lebih baik,” tuturnya.

 

Menurutnya, lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif akan terwujud apabila menerapkan konsep pelayanan berbasis kasih sayang. “Saat kita bekerja dengan cinta dan menciptakan kebahagiaan, kita turut membangun lingkungan yang lebih sehat dan produktif,” tandasnya.

 

(M. Fathurrozi)

Penulis: Fathurozzi
Sumber: BLA Semarang
Editor: Barjah/Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI