Jakarta (6 Mei 2015). Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa Islam Nusantara dapat menjadi alternatif solusi di tengah kisruh yang terjadi di Timur Tengah. "Islam Nusantara dapat menjadi oase di tengah konflik yang terjadi di Timur Tengah," demikian ungkap Menag saat membuka Milad ke-18 Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal (BQMI) dan Promosi Kelitbangan 2015 di Jakarta, Rabu (6/5).

Peringatan Milad ke-18 Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal dan Promosi Kelitbangan 2015 diselenggarakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Badan Litbang dan Diklat. Selain dihadri oleh Menteri Agama, kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat di lingkungan Kementerian Agama, Direktur Taman Mini Indonesia Indah, Bambang Parikesit, Duta Besar negara sahabat, dan tokoh masyarakat. Tampak hadir mantan Menteri Agama, Maftuh Basyuni, Qurays Syihab, dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Atho Mudzhar.

Pada kesempatan ini Menag juga menyoroti perkembangan penafsiran Al-Quran yang cenderung disalahartikan. "Badan Litbang dan Diklat, melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran tidak hanya bertugas dan bertanggungjawab menjaga dan melestarikan Mushaf Al-Quran. Saya juga berharap Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran mampu menampilkan penafsiran ayat suci Al-Quran yang rahmatan lil alamin," tukasnya.

Menag memandang akhir-akhir ini, fenomena ISIS dengan pemahaman dan tingkah lakunya telah memelintir dan menyalahartikan makna dari teks suci yang terkandung dalam Al-Quran. "Apa yang dilakukan oleh ISIS tidak mencerminkan ajaran Islam sama sekali," tandas Menag.

Di akhir sambutannya, Menag berharap BQMI dapat menjadi miniatur Islam Nusantara. "Sebagaimana Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi miniatur keragaman yang ada di Indonesia, saya berharap Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal yang dikelola oleh Badan Litbang dan Diklat dapat menjadi cermin Islam Nusantara," tuturnya[]

ags/viks/ags