Jangan Asal Pegang! ASN Harus Tahu Batas dalam Menyelesaikan Pekerjaannya
Bandung (Balitbang Diklat)---Dalam upaya perbaikan kompetensi meliputi dimensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung melakukan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan II. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi sikap profesionalitas pada masing-masing peserta.
"Jangan pernah sudah merasa ikhtiar lama maka hidup dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan, karena hidup itu diatur juga oleh takdir. Itulah bagaimana pada akhirnya kita harus ikhtiar dan menerima takdir yang sudah diberikan oleh sang maha pembuat takdir,” ucap Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Suyitno di Bandung, Kamis (2/5/2024).
Dalam arahannya, Suyitno menekankan bahwa yang berkuasa itu adalah pemegang takdir, sehingga kita dilarang memegang apa yang bukan pegangan kita. Tujuannya adalah agar tidak menimbulkan masalah.
"Sebagai ASN jangan asal pegang pekerjaan orang lain yang bukan tanggung jawabnya, apalagi memegang tanggung jawab pekerjaan atasannya," lanjut kaban.
Menurut Suyitno, tugas para ASN hanya menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Mereka tidak punya kewajiban untuk mengoreksi atau mengerjakan pekerjaan atasannya jika tidak diminta. Karena banyak orang yang mengurusi pekerjaan orang lain sedangkan main job-nya belum selesai. Pentingnya sikap ini agar ASN dapat menjadi seorang yang profesional agar mereka lebih rileks dan fokus dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai tusinya.
Kaban juga menyampaikan sekarang ini dengan reformasi birokrasi, banyak tenaga ahli administrasi struktural dihapus menjadi tenaga fungsional. Itu karena MENPANRB telah membuat ratusan macam tenaga fungsional, sehingga menimbulkan problem tidak tersedianya sekolah fungsional.
"Fungsional itu menjadi sangat proporsional. Banyak pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan bidang ilmunya, ini membuat hambatan karena tidak ada korelasi antara bidang ilmu yang ditekuni dengan tusinya saat ini," imbuhnya.
Suyitno mengatakan, menjadi tenaga profesional itu tidak mudah. Karena tenaga kerja profesional itu bukan pekerja yang masuk hanya karena ijazahnya sesuai pekerjaannya, tapi bidang ilmu yang ditekuni juga harus dia kuasai. Ada dua poin yang membuat orang itu menjadi profesional yakni: (1) education background (latar belakang pendidikan) dari ijazahnya dan
(2) kompetensinya yaitu dari pelatihan
"Kita harus menjadi SDM yang disebut the man behind the gun, yaitu apa pun alat yang kita punya, sehebat apapun itu latar belakangnya. Hanya dapat bermakna dan bermanfaat jika SDM itu dapat menjalankan atau memeliharanya secara profesional," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Suyitno juga menyatakan bahwa para peserta pelatihan diharapkan dapat melakukan transformasi untuk perubahan. (Nanda/bas/sri)