Jemput Bola, Langkah Proaktif Digitalisasi Manuskrip Pribadi
Surakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Pusat Studi Manuskrip Islam (PUSMI) dan dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta Dr. Ismail Yahya menyoroti pentingnya upaya pelestarian manuskrip keagamaan yang tersebar di berbagai institusi dan koleksi pribadi.
Ia menyatakan bahwa manuskrip yang berada di lembaga resmi relatif terjaga dengan baik, namun manuskrip yang dimiliki perorangan seringkali menghadapi risiko terlupakan atau rusak. “Manuskrip yang ada di institusi-institusi sudah dikelola dengan baik, tetapi persoalan terbesar adalah pada manuskrip yang ada di tangan pribadi,” ujarnya pada sosialisasi Aplikasi SI-JAWARBA di Surakarta, Selasa (24/9/2024).
Di hadapan seluruh pegiat manuskip, Ismail Yahya menyebut bahwa salah satu cara untuk melestarikan manuskrip tersebut adalah dengan mendigitalkan koleksi-koleksi pribadi tersebut melalui upaya proaktif, atau dalam istilahnya menjemput bola.
“Namun, Kendala terbesarnya adalah ketika pemilik manuskrip tidak terbuka untuk berbagi atau mendigitalkan koleksi mereka,” tambah pria asal Rokan Hilir, Riau ini.
Doktor filologi lulusan Universitas Indonesia ini mengungkapkan bahwa Surakarta memiliki kekayaan manuskrip yang dimiliki, baik oleh institusi maupun pribadi. Beberapa koleksi penting yang disimpan institusi di antaranya adalah Sasana Pustaka di Keraton Kasunanan Surakarta yang didirikan Pakubuwono X pada 12 Januari 1920, Reksa Pustaka di Pura Mangkunegaran yang diresmikan Sri Mangkunegoro IV pada 1877, serta Radya Pustaka dan Perpustakaan Masjid Agung Surakarta, Pesantren Jamsaren dan As-Siraj.
Dalam konteks pelestarian manuskrip, Ismail Yahya memberikan apresiasi atas lahirnya SI-JAWARBA, sistem integrasi digitalisasi manuskrip agama dan keagamaan Nusantara yang diinisiasi Puslitbang Lektur Kementerian Agama. “SI-JAWARBA merupakan tambahan positif dalam upaya pelestarian manuskrip di Indonesia. Semakin banyak lembaga yang peduli terhadap manuskrip, semakin baik," ucapnya.
Ia berharap SI-JAWARBA dapat mengisi kekosongan yang belum dimiliki lembaga-lembaga lainnya. "Saya berharap SI-JAWARBA didesain secara profesional meskipun ini baru tahap awal. Jika dibandingkan dengan lembaga lain, SI-JAWARBA dapat cepat untuk dibuka dan diakses publik,” tuturnya.
Lebih jauh, Ismail menekankan pentingnya sistem informasi yang tidak hanya menyimpan manuskrip, tetapi juga mendeskripsikan secara detail dan menghubungkannya dengan riset-riset yang sudah ada melalui thesaurus.
"Di samping pentingnya sistem informasi untuk menyimpan warisan bangsa, kita juga memerlukan SDM yang mampu dan tertarik untuk mengkaji warisan bangsa tersebut," pungkasnya. (Barjah)