Kabadan: Harus Saling Bersinergi
Manokwari(Pinmas)—Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari beratus-ratus suku dan kebudayaan. Bangsa Indonesia menganut kesetaraan antar suku-suku yang hidup. Tidak ada satu suku yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan suku yang lainnya.
Demikian dinyatakan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia A. Machasin dalam sambutan pembukaan Dialog/Diskusi Pengembangan Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah di Kabupaten Manokwari, Kamis (12/7).
Menurutnya, kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda-beda harus saling bersinergi agar dapat berinovasi dan menciptakan peradaban-peradaban baru. Karena tidak ada satu pun kebudayaan di dunia yang maju tanpa adanya akulturasi dan bersinergi dengan kebudayaan-kebudayaan lain.
“Manokwari adalah salah satu kawasan di Papua, khususnya Papua Barat yang memiliki keragaman budaya yang cukup lengkap. Sehingga harapan bersinerginya antar budaya sehingga tercipta keharmonisan dan kemajuan,” tutur Machasin dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Peneliti Utama Abdul Azis selaku ketua rombongan.
Sementara itu, Bupati Manokwari Bastian Salabay dalam sambutannya menyatakan, meski terdiri dari berbagai unsur yang berbeda-beda, masyarakat Manokwari adalah masyarakt yang damai. Masyarakat Manokwari bersatu dalam persaudaraan, meski memiliki berbagai perbedaan.
“Kami di Manokwari selalu berusaha maksimal menjaga perdamaian dan persaudaraan. Rakyat Manokwari selalu bahu membahu untuk melestarikan kerukunan, meski selalu ada saja tantangan dari luar dan dari dalam Papua sendiri,” tandas Bastian.
Lebih lanjut Bastian menyebutkan, tantangan kerukunan dan kedamaian dari luar di bumi Papua terutama sekali disebabkan oleh konsumsi masyarakat atas berita-berita kasus sengketa antar umat beragama di luar Papua.
“Kita manyaksikan televisi, membaca koran dan mendengarkan radio. Di sana selalu ada berita-berita mengenai pertengkaran antar masyarakt yang berbeda agama. berita-berita semacam ini sangat rawan menimbulkan profokasi dan gejolak di Papua,” paparnya.
Bastian berharap, kegiatan Dialog semacam ini dapat digelar dengan lebih intens dan membuahkan hasil yang baik, khususnya bagi masyarakat Papua dan bangsa Indonesia pada umumnya.(syaifullah amin)