Kabalitbangdiklat Ajak MUI Sosialisasikan Empat Pilar
Jakarta (19 Mei 2015). Mewakili Menteri Agama, Kepala Badan Litbang dan Diklat, Abd. Rahman Masud, berkesempatan memberikan pembekalan kepada peserta Rakornas Kerukunan Umat Beragama MUI yang diselenggarakan di Jakarta (18/5). Masud mengajak para peserta Rakornas untuk selalu bersyukur hidup di Indonesia. “Mari kita syukuri nikmat ini. Indonesia merupakan negara yang luas dan majemuk. Bahkan tidak ada negara yang melebihi kemajemukan penduduk Indonesia” ujarnya.
"Dalam minggu ini kita mendapatkan pengalaman yang berharga. Di tengah umat Islam yang mayoritas, negara kita memberikan kesempatan yang sama bagi umat beragama merayakan hari besar agamanya. Hanya selang satu hari, di minggu kemarin kita merayakan dua hari besar, umat Islam dan Kristen dengan aman dan damai," tambahnya.
Mas’ud kemudian bercerita bagaimana keharmonisan dapat mudah ditemukan di Indonesia. Abdullah, pemuda dari Aceh yang beragama Islam dapat hidup bersama dalam satu kamar kos dengan Alexander, pemuda dari Manado yang beragama Kristen. Begitu juga Made yangberasal dari Bali dan beragama Hindu, dapat bersahabat dengan Felix dari papua yang beragama Katolik.
Dihadapan perwakilan MUI provinsi di seluruh Indonesia, Masud juga menyampaikan bahwa ilmuwan Barat, Ron Lukkens Bull, Indonesia saat ini berada pada persimangan jalan. “Indonesia is indeed at a crossroads. Will it continue to be the kind of place where people have religious freedom, not only to choose which religion to practice, but in how to practice it? Will it continue to be akind of place where intellectual figures like Nurcholis Madjid and Abdurrahman Wahid, and contemporary figures like Amin Abdullah and Azyumardi Azra shape public opinion to create a rational and multi-religions society? Or will increasingly narrow and intolerant forms of Islam dominate society” ujar Mas’ud.
Meskipun demikian, Mas’ud yakin bahwa hasil akhir perjalanan keagamaan di Indonesia akan tetap menjadi bangsa yang mencirikan masyarakat muslim yang toleran, menjadi bangsa yang berkarakter the smiling Islam. Keyakinannya sesuai dengan harapan Ron Lukens Bull, dimana ia menyatakan “ there is hope that the Indonesia that I first met in 1987, one which celebrate unity in diversity, the smiling Islam will continue in the future,” ungkap mas’ud.
Mas’ud juga berpesan agar seluruh elemen, termasuk MUI untuk selalu mengkampanyekan Empat Pilar Berbangsa dan bernegara: NKRI, Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, empat pilar inilah anugrah terbesar bangsa Indonesia, sehingga negara ini meskipun sangat beragam, tetapi tetap dapat berada dalam satu kesatuan. “Indonesia negara multikultur, multirelihius, dan multietnik. Sifat ‘multi’ tersebut mengindikasikan adanya aneka ragam identitas penduduk Indonesia. Hanya saja keberbedaan itu tetap terangkai dalam satu tujuan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekatnya,’ terangnya.
Ia juga mengajak seluruh elemen MUI menjaga dan melestarikan empat pilar. “Kita harus melawan dan memerangi setiap upaya, dari manapun organisasi atau kelompoknya, yang mengancam eksistensi empat pilar. Setiap ideology yang mengancam Pancasila, atau gerakan separatis yang hendak mengoyak NKRI, atau gerakan yang ati kebhinnekaan, pastilah harus dilumpuhkan dengan berbagai upaya” ajaknya.
Ia-pun mengingatkan betapa berbahayanya gerakan-gerakan radikal. Ia menyatakan “depite it’s relative small size, Islamic radicalism in Indonesia poses adanger because it may co-opt the moderate majority in the absence of effective counter measures”.
Diakhir arahannya, Mas’ud mengajak MUI, sebagai wadah berkumpulnya umat Islam, bersama-sama dengan kelompok moderat lainnya seperti NU dan Muhammadiyah untuk bersama-sama memerangi radikalisme agama. “selama gerakan mainstream seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah tidak mendukung gerakan radikal dan terorisme, gerakan-gerakan tersebut tidak akan mendapatkan tempat untuk tumbuh dan berkembang di negara kita,” tutupnya. []
Ags/viks/rin/ags