Kaban: Aku Orang Indonesia
Tangerang (4 Juni 2021). Tidak dipungkiri Indonesia itu negara besar. Terdapat 267 juta penduduk, 17.504 pulau, 1.340 suku, dan 718 bahasa daerah. Tidak ada negara lain yang memiliki keragaman sekaya Indonesia. “Karena itu, kita harus bangga menjadi orang Indonesia. Katakan Aku Orang Indonesia”, tegas Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban), Achmad Gunaryo, pada acara Pembinaan Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Adminisrtasi dan Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat 4 Juni 2021.
“Karena itu, kita patut bersyukur atas karunia besarnya negara ini. Ini adalah nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada kita semua orang Indonesia. Bahkan bukan hanya negaranya yang besar, kekayaan Indonesia pun melimpah. Kita harus menjadi “syakir”, yaitu orang yang pandai bersyukur atas nikmat yang dimilikinya. Bahkan, lebih dari itu, kita harus menjadi “syakur”, yaitu orang yang mampu bersyukur terhadap kenikmatan meskipun dikaruniakan kepada orang lain. Mensyukuri nikmat atas karunia besarnya negara Indonesia adalah dengan cara menjaganya dari kehancuran akibat pertengkaran dan peperangan terhadap sesama warga”, tukas Kaban.
Menurut Kaban, besarnya Indonesia diakui dunia. Masyarakat dunia memandang negara besar itu tidak hanya Amerika, Tiongkok, dan India, tetapi juga Indonesia. Ungkap Kaban, “Ketika kita berkenalan dengan orang asing di belahan dunia, mereka terkagum dan apresiatif pada kita yang berasal dari negara besar yang bernama Indonesia. Karena itu, adalah kewajiban kita memelihara dan menjaga negara yang diwariskan oleh founding fathers dengan susah payah dan penuh pengorbanan. Jangan biarkan kelompok-kelompok tertentu memecah belah Indonesia dengan menghembuskan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)”.
“Saat ini pembauran suku terjadi di hampir setiap pulau-pulau di Indonesia. Di Sumatera tidak hanya ada orang Minang, tetapi juga orang Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya. Terlebih di pulau Jawa pembauran terjadi hingga di kota-kota kecil. Orang Bugis, Melayu, bahkan Cina sudah lahir dan beranak pinak di Jawa dan berbicara dengan bahasa dan logat Jawa yang khas. Karena itu, sudah tidak relevan lagi kita menonjolkan identitas SARA karena kita sudah berbaur menjadi orang Indonesia”, tutur Kaban.
Acara yang berbalut Coffee Morning ini dihadiri juga oleh Kepala Pusdiklat Tenaga Administrasi, A. Buchori, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Imam Syafe’i, serta Pejabat Eselon III dan IV. Atas dukungan Kaban, acara seperti ini akan sering digelar secara bersama antara dua Pusdiklat ini. (Efa Ainul Falah/bas).