Kaban Suyitno: Moderasi Beragama Bukan Semata Teori Tapi Implementasi

24 Nov 2022
Kaban Suyitno: Moderasi Beragama Bukan Semata Teori Tapi Implementasi
Kaban Prof. Suyitno memberi pengarahan pada Uji Publik Buku Tafsir Tematik Moderasi Beragama di Solo, Kamis (24/11/2022).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Moderasi beragama adalah solusi untuk menjaga negeri ini tetap damai, aman, rukun, bersahabat. Dengan catatan, moderasi beragama tidak berhenti pada tataran teoritik semata, tetapi yang beranjak pada tataran implementatif.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban) Prof. Suyitno menyampaikan hal tersebut saat menghadiri Uji Publik Buku Tafsir Tematik Moderasi Beragama yang akan diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) tahun 2022.

"Kalau kita menghendaki negara ini tetap damai, rukun, dan bersahabat solusinya adalah moderasi beragama yang implementatif (bil amali) bukan semata teoritik (bil ilmi),” ujarnya dalam kegiatan diselenggarakan LPMQ bekerja sama dengan UIN Raden Mas Said Surakarta di Solo, Kamis (24/11/2022).

Kaban memberi ilustrasi, banyak orang mengaku beriman tetapi perilakunya masih banyak menyimpang dari ajaran agama. Menurutnya, hal itu terjadi karena iman mereka hanya sampai pada tasdiqun bil qalbi (pembenaran dalam hati), wa ikrarun bil lisan (pengakuan dengan lisan), dan belum dalam tahap a'malun bil arkan (implementasi nyata dengan perbuatan).

"Saya berharap moderasi beragama tidak terjebak seperti itu. Seperti orang belajar ilmu tasawuf tapi prilakunya tidak seperti sufi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Kaban berpesan agar pengarusutamaan moderasi beragama harus ditempuh dengan beragam cara yang kreatif, mengingat sekarang ini, gejala intoleransi dan bibit-bibit ektremisme sudah masuk di berbagai lini. Khususnya Generasi Z (Gen Z) yang lahir tahun 1996-2009 atau disebut generasi internet.

"Yang disasar ektremisme adalah Gen Z, maka moderasi beragama harus disampaikan dengan kreatif sesuai dengan dunia mereka saat ini," pesan pria kelahiran Tulungagung ini.

"Isi konten-konten medsos kita dengan nilai-nilai moderasi beragama yang mudah dicerna. Sajikan kandungan dari buku moderasi beragama dengan cara yang ringan. Karena generasi sekarang cenderung ingin cepat dan instan. Mereka bisa melakukan empat pekerjaan sekaligus dalam satu waktu: membaca, sambil mendengarkan musik, bernyanyi, dan makan," ujarnya menambahkan disambut tawa peserta kegiatan.

Selain kreatif memanfaatkan media sosial, lanjut Kaban, moderasi beragama juga bisa disampaikan melalui pendekatan budaya.

"Pendekatan budaya jangan dianggap remeh. Para pekerja seni, budayawan, atau publik figur, boleh jadi lebih didengar oleh Gen Z karena diidolakan," imbuhnya mengingatkan.

Berbagai cara harus kita upayakan untuk mencegah penyebaran paham intoleran dan ektremisme. Para penyebar paham ini sebetulnya minoritas dari segi jumlah, tetapi mereka aktif di media sosial, sehingga lambat laun berpengaruh, mendapat simpati, dan pengikut.

"Mereka ini pihak yang qalilah (sedikit) tapi bising di media sosial. Selain itu, kita yang mayoritas cenderung diam. Maka, lets speak out. Jangan diam. Ayo suarakan kebenaran," ajaknya bersemangat.

"Founding father negeri ini telah berjuang dengan keringat, darah, dan jiwa raga mereka untuk menyepakati dasar negara. Jangan sampai kesepakatan itu dinafikan begitu saja oleh anak-anak sekarang yang terpapar paham ektremisme, padahal keringat saja belum mereka teteskan  untuk negeri ini," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Abdul Aziz Sidqi mewakili Kepala LPMQ menyampaikan uji publik adalah upaya LPMQ menjaring masukan-masukan dari masyarakat atas produk hasil kajian LPMQ sebelum produk ini dicetak dan disebarluaskan.[]

bp/diad

Penulis: Bagus Purnomo
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI