Kaban Suyitno: Uji Coba Instrumen Harus Lebih Komprehensif dan Berkali-Kali

2 Agt 2023
Kaban Suyitno: Uji Coba Instrumen Harus Lebih Komprehensif dan Berkali-Kali
Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno saat menyampaikan arahan pada Seminar Indeks Karakter Siswa Tahun 2023 di Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).

Yogyakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Prof Amin Suyitno mengatakan, kelemahan dari setiap survei pertama adalah penting supaya validitas kita pertahun juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, jangan sampai terulang dalam isian angket yang sama.

Hal tersebut dikatakan Kaban saat didaulat memberi pengarahan sekaligus membuka resmi Seminar Indeks Karakter Siswa Tahun 2023 yang diinisiasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puslitbang Penda) di Yogyakarta, Selasa (1/8/2023) malam.

“Misalnya kita sering melihat kemandirian yang disebut berkali-kali sebagai problem. Pertanyaan kemudian, apakah memang realitasnya begitu atau instrumen kita yang bermasalah,” kata Kaban.

Kaban mempertanyakan, apakah temuan tahun lalu berulang pada tahun berikutnya. Jika benar, maka penguatan pembelajaran dari madrasah bisa disebut gagal. Tapi, misalnya pada tahun 2017 ternyata juga sama hasilnya maka harus hati-hati dalam merilis hasil indeks.

“Karena itu, uji coba instrumen yang lebih komprehensif dan berkali-kali itu menjadi penting. Misalnya ketika validitas siswa Madrasah Aliyah (MA) lebih tinggi dibanding sekolah keagamaan nonmuslim di mana salah satu faktornya adalah mata pelajaran siswa MA agamanya banyak,” ungkapnya.

“Tapi juga harus hati-hati bahwa ukuran dan indikator religiositas yang kita gunakan sebagai sebuah instrument untuk mengukur MA itu sama nggak dengan yang untuk mengukur sekolah keagamaan nonmuslim,” sambung Kaban menanyakan.

Menurut Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini, mengukur religiositas siswa merupakan hal paling tidak mudah dilakukan. Sebab, salah satu indikatornya adalah keyakinan atau doktrin. “Hebat sekali bisa mengukur doktrin. Kualitatif lagi,” tandasnya.

Kaban menambahkan, jika mengukur religiositas untuk umat Kristen atau Katolik seminggu sekali, tentu tidak bisa lantaran mereka beribadahnya memang sekali dalam sepekan. Tentu berbeda dengan umat Islam yang beribadah lima kali dalam sehari.

“Misalnya kita dalam seminggu berjamaah kan berkali-kali. Nah, mereka kan nggak ada ibadah sampai lima kali dalam sehari. Itu satu hal jika pertanyaannya tentang rutinitas bepergian ke rumah ibadah. Jika itu ukurannya tentu tidak balance,” tuturnya.

Kaban mengingatkan bahwa Rencana Strategis Kementerian Agama RI (Renstra Kemenag) 2020-2024 menjadikan karakter peserta didik sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Program Kerja Kementerian. Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan kembali pentingnya kehati-hatian dalam merilis hasil indekssasi tersebut.

 

Undang stakeholders

Sebelumnya, Kepala Puslitbang Penda Balitbang Diklat Kemenag Mohsen Alaydrus dalam laporannya mengatakan bahwa Seminar Indeks Karakter Siswa Tahun 2023 ini mengundang sejumlah narasumber dari stakeholders atau pemangku kepentingan. Antara lain Direktur KSKK Ditjen Pendis Prof. Isom Yusqi yang akan berbicara tentang Kebijakan Pendidikan Karakter di Madrasah.

“Kedua, Direktur Kebijakan PMKK BRIN Prof. Anugrah Widiyanto yang akan berbicara tentang Revolusi Mental Melalui Penguatan Karakter Siswa,” kata Habib Mohsen, sapaan akrabnya.

Secara khusus, pria asal Sulteng ini mengapresiasi tim indeks yang telah bekerja siang-malam menyiapkan paparan tentang Indeks Karakter Siswa Tahun 2023. “Tak lupa, juga para pegawai di lingkungan Puslitbang Penda yang tetap setia membantu terselenggaranya acara,” ujarnya.

Husen Hasan Basri selaku koordinator indeksasi dalam paparannya mengatakan bahwa tujuan digelarnya indeksasi selain IKU dari sisi akademis, merupakan alat ukur untuk mengukur religiositas. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

“Setidaknya ada lima dimensi, yakni religius, integritas, nasionalisme, kemandirian, dan gotong-royong,” kata peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) eks Puslitbang Penda ini mengawali paparan.

Hadir dalam pembukaan, Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Semarang, Anshori, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Semarang, Thoha, para peneliti BRIN, dan utusan dari Kanwil Kemenag Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kegiatan yang diagendakan selama tiga hari, Selasa-Kamis, 1-3 Agustus 2023, ini digelar di Sahid Raya Hotel & Convention Jl Babarsari No 2, Janti, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY.

(Ova/diad)

Penulis: Ali Musthofa Asrori
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI