KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR KURIKULUM 1984 STUDI KASUS PADA SD MULYODADI KABUPATEN BANTUL

16 Apr 2007
KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR KURIKULUM 1984 STUDI KASUS PADA SD MULYODADI KABUPATEN BANTUL

KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR KURIKULUM 1984 
STUDI KASUS PADA SD MULYODADI KABUPATEN BANTUL

Oleh: Drs. Muchtamil K
62 halaman

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA
DEPARTEMEN AGAMA RI
1995/1996


Pendidikan Agama di sekolah dalam sejarahnya tidak lepas dari perdebatan politik sejak awal pendirian negara Republik Indonesia. Hal ini penting dikemukakan untuk melihat pandangan terhadap Pendidikan Agama Islam di sekolah bagi masyarakat pedesaan di daerah Yogyakarta yang ditulis banyak para ahli sebagai masyarakat sinkretis dalam beragama. Sikap keberagamaan yang melahirkan pandangan yang menghujat terhadap pendidikan agama Islam di sekolah menggambarkan suatu periode pertentangan politik yang banyak disebut para ahli sebagai politik aliran yang berkembang pada periode kemerdekaan hingga awal orde baru yang sering diwarnai konflik kepentingan yang melahirkan pula pertentangan perbedaan faham keagamaan yang tajam antar masing-masing kelompok aliran.

Tujuan penelitian bertujuan menggambarkan keberhasilan yang dicapai dalam penyelenggaraan program pendidikan agama di sekolah dasar. Keberhasilan tidak hanya diukur berdasarkan prestasi hasil tes belajar mengajar dan pengamalannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, menilai hasil murni THB cawu I kepada guru agama serta mengadakan tes lisan dan tulisan terhadap kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an.

Hasil penelitian menunjukan data dalam hal pelaksanaan ibadah, siswa telah melaksanakannya baik itu salat lima waktu maupun puasa bulan ramadhan hampir semua siswa telah melaksanakannya secara penuh, baru satu dua orang saja yang masih kadang-kadang melaksanakannya. Hal inipun porsi orang tua sangat kecil, karena pasif sifatnya, tidak mendorong, tidak melatih dan juga tidak melarang anak menjalankan salat dan puasa itu. Orangtuanya sendiri sebagian telah menjalankan dengan sempurna salat dan puasa, sebagian baru kadang-kadang dan sebagian lain bahkan belum melaksanakannya.

Peran masyarakat dalam hal ini seperti halnya dalam belajar membaca al-Qur’an diperankan oleh guru mengaji dari generasi muda dari lembaga-lembaga Pendidikan Islam di kota, seperti anak yang sedang belajar di SLA Muhammadiyah atau organisasi Islam lainnya yang diselenggarakan di masjid/mushalla yang ada di desa itu.

Berdasarkan hasil penelitian menyarankan hafalan doa-doa terutamanya bacaan surat pendek merupakan yang amat mendasar dalam mendorong siswa mengerjakan salat lima waktu. Pelajaran menghafal surat pendek sebaiknya dimasukan kepada kelompok ibadah bergabung dengan kelompok hafalan bacaan doa-doa dalam salat. ***

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI