Kemenag Helat Penguatan Moderasi Beragama pada Perguruan Tinggi Umum

25 Jul 2023
Kemenag Helat Penguatan Moderasi Beragama  pada Perguruan Tinggi Umum
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama membuka Training of Trainers (TOT) Penguatan Moderasi Beragama (MB) dan Pelatihan Penggerak Penguatan MB, Muhammad Ali Ramdhani, di Tangerang, Senin (24/7/2023).

Tangerang (Balitbang Diklat)---Direktorat Pendidikan Agama Islam bekerja sama dengan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama menghelat Training of Trainers (TOT) Penguatan Moderasi Beragama (MB) bagi dosen Pendidikan Agama Islam dan Pelatihan Penggerak Penguatan MB bagi mahasiswa pada Perguruan Tinggi Umum (PTU). Dua kegiatan tersebut dibuka secara resmi melalui layar virtual oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, di Tangerang, Senin (24/7/2023). Turut hadir pula dalam pembukaan dan memberi materi, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno.

Ramdhani dalam arahannya menegaskan pentingnya MB untuk mewujudkan harmoni bangsa. Mengutip prediksi World Bank dan Bappenas, pria kelahiran Garut Jawa Barat ini menyebutkan Indonesia akan berada pada urutan ke-6 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia tahun 2045. Menurutnya, ini akan terwujud bila ditopang oleh konteks kebangsaan yang harmoni. “Untuk itu, MB menjadi sangat penting dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmoni antar anak bangsa yang majemuk. Ini sebuah aksioma mengapa kita menggencarkan MB termasuk melalui kegiatan ini,” ungkapnya.

“Pluralitas itu indah. Bila dunia ini diisi dengan keseragaman, tidak ada keindahan. Warna pelangi itu menjadi indah karena ada beragam warna yang terpadu. Moderasi beragama menekankan sikap toleran untuk menjamin harmoni kehidupan di tengah keberagaman. Selain itu, MB juga menolak kekerasan karena setiap elemen bangsa berhak untuk hidup secara damai,” tegas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Mengutip dawuh Gus Dur, Ramdhani mewanti-wanti agar agama dijauhkan dari tindakan keras dan kasar. “Menurut Gus Dur, manusia sanggup mengorbankan miliknya paling berharga bahkan termasuk jiwanya ketika memperjuangkan tiga hal, yaitu kemerdekaan, cinta, dan agama. Ketika memperjuangkan tiga hal itu, tindakan yang diambil bisa melampaui sisi rasionalitas. Dalam hal inilah, salah satunya mengapa kekerasan atas nama agama terjadi. Namun, bila kita memiliki pemahaman agama yang mendalam dan komprehensif, dapat dipastikan akan bersikap wasathi (pertengahan, tidak ekstrem),” imbuh Ramdhani.

Mengakhiri arahan, Ramdhani menekankan perlunya pendekatan pembelajaran agama yang menyentuh hati. “Bumikan wajah Islam yang ramah bukan marah, mengajak tidak mengejek, merangkul tanpa memukul. Agama diajarkan dengan cara yang halus dan lunak untuk menyentuh hati. Tidak ada dalam sejarah sebuah ajaran akan dipegang dengan kuat bila diajarkan dengan cara-cara yang kasar dan keras. Ajarkan agama dengan santun, lembut, dan bijaksana. Perbedaan tidak bisa dihindari, akan selalu ada. Bila agama diajarkan dengan cara buruk, itu merupakan bentuk black fire (api hitam), dan itu bukanlah karakter agama. Jika Anda ingin jalan cepat, jalanlah sendirian. Jika ingin jalan jauh, jalanlah bersamaan. Membangun peradaban merupakan perjalanan panjang yang jauh. Bila ingin membangun peradaban, maka berjalanlah bersama-sama, jangan sendirian,” pungkasnya.

Sementara Kepala Sub Direktorat Pendidikan Agama Islam pada PTU, M. Munir, melaporkan kegiatan TOT PMB diikuti 40 dosen Pendidikan Agama Islam pada PTU, sedangkan Pelatihan Penggerak PMB diikuti 40 mahasiswa PTU. Peserta yang lulus diorientasikan menjadi trainer dan penggerak MB pada PTU asalnya, bahkan dapat disebar pada PTU dan instansi lainnya. Kegiatan TOT PMB akan berlangsung selama 6 hari, 24-29 Juli 2023, sedangkan Pelatihan Penggerak PMB akan berlangsung selama 5 hari, 24-28 Juli 2023, bertempat di Day’s Hotel & Resort Tangerang, Banten.  (Efa AF/bas/sri)

 

 

Penulis: Efa Ainul Falah
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI