Kepala Badan: Badan Litbang dan Diklat Berkontribusi dalam Menciptakan Kehidupan Keagamaan yang Kondusif

21 Agt 2014
Kepala Badan: Badan Litbang dan Diklat Berkontribusi dalam Menciptakan Kehidupan Keagamaan yang Kondusif

Jakarta (21 Agustus 2014) Keterlibatan sebagian kecil masyarakat indonesia dengan kelompok yang menamakan diri sebagai Islamic State in Iraq and Syria(ISIS) telah enimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.

 

Ideologi kekerasan yang disebarkan oleh ISIS diaggap membahayakan kehiduan keagamaan masyarakat Indonesia.

Bagaimanakah permasalahan ISIS sebenarnya, bagaimanakah seharusnya respon umat Isam di Indonesia, serta bagaimanakah kontribusi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dalam turut menyelesaikan permasalahan ISIS dan permasalahan keagamaan lainnya yang terjadi di Indonesia? Berikut penuturan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Machasin, MA, kepada tim pengelola website Badan Litbang dan Diklat, Rabu 20 Agustus 2014.

(tulisan ini merupakan bagian kedua dari dua tulisan yang memuat wawancara tim pengelola website dengan Kepala Badan Litbang dan Diklat. Tulisan pertama dapat dilihat disini)

Menurut Bapak, apa yang sebenarnya terjadi di Timur Tengah, terutama yang berkaitan dengan ISIS?

permasalahan ISIS setidaknya dilatarbelakangi oleh tiga perkara. Pertama, masalah ISIS sangat berkaitan erat dengan budaya di Timur Tengah. Sampai saat ini, budaya kekerasan masih mendominasi negara-negara di Timur Tengah. Latar belakang yang kedua, adalah persoalan eksistensi Israel. Keberadaan Israel di dunia Arab telah menjadi masalah yang problematis. Ketiga, adalah sejarah pertikaian kaum Sunni dengan kaum Syiah. Pada masa Saddam Hussein, Kaum Sunni yang minoritas memimpin Irak, sementara setelah Saddam Hussein jatuh, kaum Syiah yang merupakan kelompok mayoritas berkuasa. Konflik Sunni dan Syiah menjadi masalah internal Umat Islam yang cukup pelik dan berakar pada sejarah yang panjang. ISIS memanfaatkan isu ini untuk meraih dukungan masyarakat muslim dunia. (ulasan lengkap latar belakang munculnya ISIS dapat dilihatdisini)

Sebagaimana diketahui, ada di antara elemen umat Islam di Indonesia yang meyatakan dukungan bahkan membaiat kekhilafahan ISIS. Bagaimana tanggapan Bapak?

Sesungguhnya dukungan sebagian kecil masyarakat Islam di Indonesia hanya didasari faktor emosional belaka. Mereka kebanyakan adalah anak muda yang tidak banyak memahami ajaran Islam secara baik. Para pendukung ISIS mayoritas anak muda yang memiliki semangat keislaman tinggi namun minim pemahaman terhadap Islam, sehingga mudah terprovokasi dan tertipu oleh jargon-jargon yang berasal dari Islam seperti Jihad, dan Khilafah.

Jargon-jargon seperti ini digunakan oleh kelompok ISIS dan sejenisnya yang mengklaim sebagai kelompok Sunni untuk mencari dukungan dalam usaha mereka merebut kekuasaan dari kaum Syiah yang sekarang berkuasa di Suriah dan Irak. Sesungguhnya Sunni dan Syiah merupakan saudara yang lahir dari rahim yang sama, yaitu Islam.

Apa yang sudah dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklatterkait masalah ISIS?

Secara khusus dalam merespon permasalahan ISIS, Badan Litbang dan Diklat belum melakukan tindakan apapun. Tapi untuk merespon kasus-kasus keagamaan secara umum, sejak lama kita telah melakukan berbagai kegiatan.

Terdapat tiga unit kelitbangan pada Badan Litbang dan Diklat. Yaitu: Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan; Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan; dan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan.

Ketiga Puslitbang ini saling berkaitan. Puslitbang Kehidupan Keagama bertugas untuk meneliti dan mengkaji eksistensi gerakan-gerakan keagamaan di Indonesia, lalu Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan berkontribusi dalam meneliti dan menelaah proses pendidikan keagamaan pada masyarakat Indonesia, kemudian Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan memiliki peran untuk mengkaji dan menelaah materi-materi yang disebarkan, terutama melalui tulisan. Fungsi-fungsi tersebut telah lama dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat, termasuk mengkaji dan meneliti paham-paham dan kelompok keagamaan yang berpotensi mengganggu stabilitas kehidupan keagamaan masyarakat maupun eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai contoh kegiatan Badan Litbang dan Diklat dalam menjaga kehidupan keagamaan masyarakat. Tadi saya baru saja membuka seminar yang diselenggarakan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan. Di situ saya tekankan kepada Puslitbang Lektur untuk membuat peta lektur dan buku-buku keagamaan yang dibaca oleh masyarakat. Saya meminta Puslitbang Lektur untuk meneliti buku keagamaan yang bagaimanakah yang sering dibaca oleh masyarakat di berbagai kelompok dan elemen, baik masyarakat pedesaan, di sekolah-sekolah, majelis taklim, dan tempat umum lainnya. Saya punya keyakinan bahwa paham-paham keagamaan radikal yang berpotensi mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagiannya menyebar melalui bacaan.

Dalam jangka panjang, apa yang dilakukan Badan Litbang dan Diklat untuk memastikan keberlangsungan kehidupan keagamaan secara harmonis dan damai?

Ada tiga fungsi yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat. Yang pertama, adalah penelitian. Penelitian menjadi kewenangan sekaligus tugas yang melekat pada Badan Litbang dan Diklat. Kegiatan ini ditujukan antara lain untuk meneliti bagaimana trend keagamaan yang ada di masyarakat, kemudian arahnya kemana dan siapa yang melakukan, dan lain sebagainya. Kemudian fungi yangkedua, adalah pengembangan. Pengembangan dilakukan untuk menindaklanjuti temuan-temuan lapangan yang berkaitan denga trend keagamaan di masyarakat. Setelah mengetahui peta permasalahan keagamaan yang ada, kemudian dirumuskan langkah-langkah alternatif untuk mengantisipasinya. Dari situ dibuat rancangan kebijakan-kebijakan untuk Kementerian Agama, tidak hanya untuk Badan Litbang dan Diklat, karena unit ini memiliki tugas untuk menopang seluruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama, bahkan kebijakan keagamaan secara nasional.

Kemudian yang ketiga, Badan Litbang dan Diklat juga melakukan diseminasi ajaran keagamaan yang damai. Badan Litbang dan Diklat sudah melakukan kegiatan dialog tentang kehidupan harmonis antar umat yang berbeda agama di 32 Propinsi. Hanya Propinsi baru yaitu Sulawesi Barat dan Kalimantan Utara yang belum didatangi untuk kegiatan ini. Dalam kegiatan ini kita mendatangkan tokoh-tokoh nasional ke berbagai daerah untuk sharing pengalaman dan berdialog mengenai pengamalan keagamaan yang toleran, inklusif, dan damai. Kegiatan seperti ini akan kita lakukan secara terus menerus. Kita harus selalu mengkampanyekan bahwa agama itu membawa perdamaian dan membuat orang lebih santun.

Kita semestinya selalu merujuk pada tujuan dibentuknya pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah ini dibentuk untuk empat tujuan. Pertama adalah pemerintah dibentuk untuk melindungi seluruh warga dan tumpah darah. Sekarang ada kelompok yang mengatasnamakan agama yang justru tidak melindungi warga dan tumpah darah, seperti ISIS. Mereka tidak melindungi warga, tidak melindungi tumpah darah. Konsep khilafah yang mereka bawa mengancam eksistensi teritori Indonesia.

Tujuan dibentuknya pemerintah Indonesia yang keduaadalah memajukan kesejahteraan umum. Bukan kesejahteraan satu dua orang tetapi umum. Ketiga,mencerdaskan kehidupan bangsa. Gerakan seperti ISIS, Al-Qaida, HTI, dan lain-lain yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam formal, kebanyakannya di antara mereka bersifat emosional dan tidak menggunakan pertimbangan nalar dengan cukup. Tentu ini bertentangan dengan tujuan didirikannya NKRI. Seyogyanya agama jangan membuat orang bodoh, namun agama harus mampu membuat orang menjadi cerdas.

Tujuan yang keempat adalah ikut serta di dalam mewujudkan ketertiban dunia.

Empat poin inilah yang tertulis didalam mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 dan harus selalu menjadi pegangan. Karena itu, gerakan-gerakan keagamaan yang justru menimbulkan kekacauan dan keributan dalam relasi antar negara dan antar bangsa mesti di tangkal dan ditolak.

Arah dari seluruh kegiatan Badan Litbang dan Diklat adalah untuk memastikan terwujudnya tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa ini. Badan Litbang dan Diklat berusaha menjadikan agama sebagai sumber penyelesaian masalah, bukan justru menjadi sumber munculnya permasalahan.

Selesai.

(AGS/Chee)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI