KERUKUNAN SEBAGAI JALAN HIDUP; Studi Tentang Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Desa Jatimurni, Bekasi

20 Mar 2007
KERUKUNAN SEBAGAI JALAN HIDUP;  Studi Tentang Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Desa Jatimurni, Bekasi

KERUKUNAN SEBAGAI JALAN HIDUP; 
Studi Tentang Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Desa Jatimurni, Bekasi

Oleh: Abdul Azis dan Tamami
62 halaman

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama
Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Departemen Agama RI, 1996/1997


Kehadiran agama-agama besar yang diawali oleh agama Hindu dan Budha, kemudian Islam, Katolik dan Kristen Protestan, menjadikan perbedaan antar agama semakin kompleks, terutama karena agama-agama itu telah memainkan peran sangat menentukan dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat di Nusantara. Agamalah yang pada umumnya dijadikan sebagai common platform kehidupan berbagai kelompok masyarakat selama berabad-abad sebelum proklamasi kemerdekaan.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang profil kerukunan hidup beragama di desa Jatimurni, khsusnya di Kampung Sawah, menyangkut pola hubungan antar umat beragama baik yang terwujud dalam bentuk-bentuk kerukunan hidup umat beragama maupun faktor-faktor yang menunjang dan menghambat terciptanya kerukunan tersebut.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengamatan terlibat (participant action), wawancara mendalam (depth interview) dan kajian dokumenter. Pengamatan ditujukan untuk melihat dan memahami gejala-gejala sosial yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan makna yang diberikan oleh pelakunya.

Penelitian ini menghasilkan penemuan diantaranya terkait dampak kota besar yang telah mengubah sebagian wajah desa Jatimurni telah mekar dan mencakup wilayah yang lebih luas dari sekedar kampung, sebagian wilayahnya telah diisi oleh sejumlah komplek perumahan dan mata pencaharian penduduknya mulai bergeser dari pertanian tradisional ke arah yang lebih heterogen dan lebih didominasi oleh kegiatan perburuhan.

Dilihat dari perspektif kemajemukan agama, Jatimurni menampilkan potret yang tampaknya relatif berbeda dengan desa kota yang penduduknya berbeda agama karena terdiri dari dan didominasi oleh kaum pendatang. Sebagai desa yang penduduk aslinya memiliki tradisi berbeda agama sejak berpuluh-puluh tahun, hubungan sosial di antara penduduk atau umat beragama di Jatimurni mengalami dinamika yang dapat disebut "khas" penduduk asli, suatu dinamika yang menjamin kerukunan hidup di antara umat berbagai agama.

Berdasarkan hasil penelitian menyarankan diperlukan penyuluhan dan pembinaan kerukunan hidup antar umat beragama yang terarah dan terencana, yang didasarkan atas kesadaran sejarah dan kebudayaan pribumi setempat, baik ditujukan kepada penduduk asli maupun para pendatang yang bermukim di Jatimurni.*** 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI