Kesetaraan dalam Keluarga, Kunci Moderasi Beragama
Makassar (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Suyitno menyampaikan materi penting pada acara Pelatihan Teknis Pendidikan dan Pelatihan Teknis Administrasi yang diikuti peserta PPPK dari Wilayah Kerja BDK Makassar. Dalam kesempatan ini, Suyitno menekankan kebijakan tentang moderasi beragama, sebuah konsep yang menurutnya dapat dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.
"Moderasi beragama tidak perlu dimulai dengan hal yang besar. Cara paling mudah adalah menerapkan kesetaraan atau equality di dalam keluarga," ujar Suyitno dalam pembukaannya di Makassar, Kamis (19/9/2024).
Kaban Suyitno menjelaskan, kesetaraan ini berarti tidak ada satu pihak yang mendominasi dalam hubungan, baik di dalam rumah tangga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ia memberi contoh sederhana, yakni berbagi peran antara suami dan istri dalam mengurus rumah tangga. “Ketika peran suami dan istri seimbang, di situlah moderasi beragama mulai terwujud,” jelasnya.
Suyitno menekankan bahwa moderasi beragama harus dipahami secara lebih luas dan tidak hanya terbatas pada isu keagamaan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya. "Agama mengajarkan universalitas, kesetaraan, dan kemanusiaan. Itu yang harus kita pegang dalam menjalankan kehidupan beragama," katanya.
Lebih lanjut, Suyitno menyoroti pemahaman agama yang sering kali hanya diidentikkan dengan praktik ibadah di tempat-tempat peribadatan. "Seolah-olah, jika seseorang sudah rajin salat atau ibadah, itu sudah cukup disebut menjalankan agama. Padahal, ajaran agama itu mencakup tiga aspek utama: hablu minallah (hubungan dengan Allah), hablu minannas (hubungan dengan sesama manusia), dan hablu minal alam (hubungan dengan alam semesta)," tegasnya.
Menurut Suyitno, seseorang yang benar-benar menjalankan ajaran agama tidak hanya taat dalam beribadah, tetapi juga memperlihatkan perilaku yang baik dalam hubungan sosial dan terhadap lingkungan. "Semakin seseorang beriman, semakin taat dia dalam menjalankan agama, seharusnya semakin baik pula dia dalam hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya," ujarnya.
Suyitno juga menyampaikan pentingnya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini, khususnya di dalam keluarga. Ia menegaskan bahwa keluarga adalah pondasi utama yang bisa membentuk cara pandang yang moderat dan toleran terhadap perbedaan. "Kita tidak hanya berbicara soal kesetaraan gender di dalam keluarga, tetapi juga bagaimana kita menghargai perbedaan pendapat, latar belakang, dan keyakinan satu sama lain," tambahnya.
Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam bagi para peserta mengenai pentingnya moderasi beragama, terutama dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang lebih luas. Suyitno juga mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan pribadi, tetapi juga membawanya ke dalam lingkungan kerja dan masyarakat. “Dengan sikap moderat, kita dapat menciptakan harmoni sosial yang lebih baik, meminimalisasi konflik, dan memperkuat persatuan di tengah perbedaan,” imbuhnya.
Dengan berakhirnya sesi tersebut, para peserta diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kompetensi teknis, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat. “Ke depannya, para peserta dapat membawa nilai-nilai ini ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga moderasi beragama benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia,” pungkasnya. (Natasya Lawrencia)