Kisah Surja Permana, Penjaga Keharmonisan di Tengah Keberagaman

14 Agt 2024
Kisah Surja Permana, Penjaga Keharmonisan di Tengah Keberagaman
Surja Permana (53 tahun), penyuluh agama Kristen, berbagi pengalamannya dalam menjalani perannya di Surabaya, Rabu (14/8/2024).

Surabaya (Balitbang Diklat)---Di tengah dinamika keberagaman agama yang tinggi di Kota Surabaya, Surja Permana (53 tahun), penyuluh agama Kristen berbagi pengalamannya dalam menjalani peran penting ini. 

 

Saat ditemui di sela Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama, Surja menceritakan perjalanan dan tantangannya selama bertugas di kota besar yang penuh warna ini. Surja yang tumbuh di lingkungan keluarga yang beragam agama, menjelaskan bahwa pengalamannya hidup harmonis di tengah keragaman inilah yang mendorongnya untuk berkiprah sebagai penyuluh agama.

 

"Melihat fenomena keberagaman agama di masyarakat, saya merasa terpanggil untuk bergerak menjadi penyuluh, untuk menjaga keharmonisan dan toleransi di tengah masyarakat yang heterogen," ujarnya di Surabaya, Rabu (14/8/2024).

 

Keikutsertaannya dalam Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama ini membuka matanya terhadap berbagai fenomena keagamaan yang terjadi di berbagai daerah. "Saya jadi lebih memahami masalah-masalah yang mungkin tidak tampak di lingkungan saya, tetapi dampaknya bisa terasa di mana-mana," kata Surja.

 

Surja menegaskan bahwa meskipun tidak bisa aktif di luar wilayah tugasnya, ia tetap berupaya menciptakan suasana yang sejuk dan kondusif di lingkungan sekitar, dengan harapan berdampak positifnya ke wilayah lain.

 

Menurut Surja, peran penyuluh agama sangat krusial dalam menjaga kondusivitas dan mengawal umat agar memahami pentingnya hidup bertoleransi. "Radikalisme bisa saja ada di setiap agama, tapi jika kita sebagai penyuluh tampil lebih dulu, kita bisa mengarahkan umat untuk memiliki persepsi yang benar tentang keberagaman," jelasnya.

 

Surja juga menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang unik karena keberagaman dan keberagamaannya. Melalui pelatihan ini, ia berharap bisa lebih memaknai kehidupan keberagamaan di masyarakat. "Dalam iman, kita memang harus eksklusif, tapi cara pandang kita terhadap keberagamaan harus inklusif," ungkapnya.

 

Ia menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai inklusif ini kepada semua orang, terutama umat yang dilayaninya. "Pelatihan ini menjadi sentuhan awal, dan kita harus menularkan nilai-nilai yang kita peroleh kepada orang lain," tambahnya.

 

Sebagai penyuluh yang sering berkumpul dengan generasi muda, Surja melihat kesempatan ini sebagai momen penting untuk membersamai mereka dan memberikan arahan yang tepat. "Kita adalah umat Tuhan yang dilatih untuk memberikan edukasi di mana pun kita berada. Tugas kita adalah menyejahterakan dan menyebarkan kebaikan," pungkasnya. (Barjah/bas/sri)

   

 

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI