KONTEMPLASI HARI RAYA NYEPI SEBAGAI PENINGKATAN KUALITAS DIRI
Penulis :
Dr. I Wayan Arya Adnyana, M.Pd.H
Widyaiswara Ahli Madya Balai Diklat Keagamaan Denpasar
Tahun baru identik dengan hingar bingarnya aktivitas, namun berbeda dengan perayaan Hari Raya Nyepi, justru tanpa aktivitas. Hari Raya Nyepi diperingati setahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah Tilem Kesanga atau Penaggal 1 sasih Kedasa.
Nyepi berarti sepi atau sunyi. Adapun tahapan Hari Raya Nyepi adalah:
1) Upacara Melasti atau Makiyis. Secara etimologis, melasti berasal dari kata Mala = kotoran/leteh, dan Asti = membuang/memusnahkan. Melasti adalah menghilangkan segala bentuk kotoran untuk tercapainya kesucian. Melasti dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum Nyepi dengan tujuan penyucian bhuana alit (diri sendiri) dan bhuana agung (alam semesta).
Segala sarana persembahyangan yang ada di Pura termasuk Pratima dan Pralingga diarak ke laut atau pantai. Air laut adalah simbul dari penghancur serta penghilang semua kotoran yang ada.
2) Tawur Agung Kesanga/Pangrupukan. Sehari sebelum Nyepi, melaksanakan upacara Bhuta Yajna (persembahan kepada alam). Pada saat upacara ini menghaturkan rasa syukur dan terimakasih kepada alam sehingga terjalinnya keharmonisan manusia dengan alam dan menghindarkan terjadinya bencana yang akan menyebabkan kekurang harmonisan dalam kehidupan.
Selanjutnya upacara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala (roh jahat). Tawur Agung disertai juga dengan ogoh-ogoh sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang kemudian dibakar dengan harapan segala sifat-sifat jahat yang ada dialam semesta agar berkurang.
3) Nyepi (Catur Brata). Pada hari raya Nyepi ini wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi yang disebut dengan Catur Brata Penyepian diantaranya, a). Amati Geni yaitu secara fisik tidak menyalakan api dan secara spiritual tidak mengobarkan hawa nafsu, b). Amati karya yaitu secara fisik tidak melakukan kegiatan kerja, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, c). Amati lelungan adalah secara fisik tidak bepergian melainkan melakukan perjalanan ke dalam diri yaitu mawas diri (introspeksi), d). Amati lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan/mencari hiburan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.
Di tengah-tengah keragaman Bangsa Indonesia, toleransi dan kerukunan adalah menjadi amat penting. Toleransi dan kerukunan menjadi kunci bagi kehidupan yang damai dan sejahtera. Kedamaian tidak akan tercipta bilamana dalam hidup tidak rukun, tidak saling menghargai, satu sama lain dan tidak bersatu.
Kesejahteraan tidak terwujud bilamana hidup dalam kekacauan. Dengan demikian kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan, menjadi harapan semua insan.
Hari Raya Nyepi menjadi hari yang sangat penting bagi umat Hindu untuk melakukan kontemplasi. Merenungi yang telah diperbuat dan yang akan diperbuat. Tentu dengan wiweka, setiap insan akan mengetahui perbuatan buruk dan baik. Yang buruk harus dihindarkan dan yang baik mesti dijalankan.
Dengan merenung akan dapat meningkatkan kualitas diri. Umat Hindu dapat merenungkan kehidupan yang hakiki dengan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta sehingga dapat menyalakan semangat baru, melangkah ke depan, dan membangun hari esok yang lebih baik sehingga terciptalah kedamaian hidup.
Dalam ajaran Tri Kaya Parisudha dapat menata perbuatan, perkataan, dan pikiran yang baik sehingga menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta, termasuk makhluk-makhluk lainnya di muka bumi ini.
Hubungan harmonis yang berdimensi vertikal dan horizontal itu diharapkan akan melahirkan kehidupan yang abadi dan kebahagiaan yang sejati. Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari "Prabrata" fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya (24 jam).
Pada saat inilah melaksanakan kontemplasi sebagai moment yang tepat untuk meningkatkan kualitas spiritual diri dengan melepaskan segala ikatan duniawi menuju dan “menyatu” dengan Ida Sang Hyang Widhi. Hal yang patut dilakukan saat melaksanakan Brata Nyepi: Upawasa (puasa), Monabrata (tidak berbicara), Jagra (tidak tidur) Dyana (Kontemplasi pada Tuhan), Arcanam (Memuja Tuhan), Japam (Mengulang-ulang nama Tuhan di dalam hati).
4) Ngembak Geni. Didahului dengan mesima krama (bermaaf-maafan) di lingkungan keluarga dan warga terdekat (tetangga). Ngembak Geni adalah dialog antar sesama manusia tentang apa dan bagaimana yang sudah, yang sekarang serta yang akan datang. Bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas kehidupan lahir batin kita ke depan dengan berpijak pada pengalaman selama ini. Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat Hindu telah melakukan dialog spiritual kepada semua pihak, dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan, keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama.
(WARADS/diad)