KRISTEN BALI VS ISLAM NUSANTARA
Muchammad Toha - Balai Diklat Keagamaan Semarang
Istilah Kristen Bali saya tahu dari teman kerja yang beragama Hindu ketika saya tugas di Balai Diklat Keagamaan Denpasar. Saat itu ia masuk ke ruangan saya untuk minta izin mengikuti kegiatan natal keluarga.
Setelah saya memberikan izin, ia bercerita bahwa dulu keluarga dari ibunya beragama Kristen Bali, namun ketika menikah dengan ayahnya yang beragama Hindu, ibunya mengikuti agama Hindu pula. Semua anak hasil pernikahan tersebut otomatis memeluk Hindu, termasuk teman saya.
Ia menjelaskan bahwa sebutan ‘Kristen Bali’ sudah umum di kalangan masyarakat Bali. Para pemeluk agama Kristen pun tidak tersinggung ketika agamanya ditambahi sebutan Bali.
Walaupun Pulau Bali identik dengan Hindu, namun di beberapa tempat (desa/dusun) ada yang mayoritas penduduknya beragama Kristen atau Katolik. Contohnya di Kabupaten Badung, tepatnya di daerah Abianbase (artinya Kebun Sirih) terdapat gereja Kristen dan Katolik cukup tua. Artinya di daerah itu masyarakatnya telah lama memeluk Kristen atau Katolik. Selain itu, terdapat pula di Kabupaten Negara dengan Ibu Kota Jembrana. Di daerah ini komunitas Kristen berada di Desa Blimbingsari sedangkan Katolik berada di Desa Palasari.
Dikisahkan, pada tahun 1935 penyebaran injil terdapat di Desa Tuka Kabupaten Badung untuk Katolik, dan Dusun Untal-Untal untuk penyebaran Kristen. Para penginjil ini berasal dari Provinsi Jawa Timur.
Penyebaran ajaran Nasrani ini sampai masuk ke Desa Piling, Negesta, Kecamatan Penebe, Kabupaten Tabanan. Oleh karena itu, wilayah ini termasuk desa-desa yang dihuni oleh penduduk mayoritas Nasrani.
Terdapat perbedaan yang cukup jelas antara pemeluk Kristen atau Katolik yang ada di pedesaan Bali, dibandingkan dengan umat Nasrani di daerah perkotaan Bali. Penyebaran ajaran Nasrani di pedesaan Bali telah berlangsung sejak dulu. Sementara di wilayah perkotaan, penganut Nasrani merupakan pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Para pendatang itu, memiliki bahasa, corak budaya, dan tradisi Kristen atau Katolik yang berbeda.
Di Desa Dalung Kabupaten Badung, umumnya bangunan gereja Kristen Bali mengadopsi tata arsitektur khas Bali. Hal itu terlihat dari pintu gerbang dengan bentuk candi bentar, serta bentuk atap yang dilengkapi penutup dari bahan ijuk atau genteng Bali. Selain itu, konstruksi gereja dibangun dengan material batu bata gosok warna merah dipadu batu andesit hitam atau abu-abu yang diukir khas Bali.
Selain arsitektur gereja yang dibangun dengan ciri khas mirip pura, pendeta dan pastor serta para jemaat menggunakan busana tradisional Bali. Pria mengenakan kemben dilengkapi atasan berkap dan bagian kepala ditutup dengan udeng, sedangkan para wanita memakai kemben dan kebaya. Tak lupa menggunakan senteng (kain yang diikatkan dipinggang) yang berwarna kontras dengan kebayanya.
Gamelan dan gending Bali yang biasanya mengiringi tarian, di gereja Bali digunakan untuk mengiringi kidung dan nyanyian. Bahkan, khutbah disampaikan dengan bahasa Bali sehingga suasana di dalam gereja terasa nuansa Bali asli.
Penataan di altar bagian depan gereja dan sekitarnya menjadi satu kesatuan harmoni tradisi budaya lokal, yakni dengan adanya aneka sajian buah yang ditata apik layaknya masyarakat lokal Bali mempersembahkan buah-buahan di pura. Tak ketinggalan dengan janur yang selalu menghiasi, baik dalam gereja maupun bagian luar serta pintu masuk.
Demikian juga untuk penamaan individu, masyarakat Kristen Bali tetap mencantumkan sebutan urutan dalam kelahiran, seperti wayan, made, nyoman, atau ketut. Seperti contoh nama Made Ronald atau misalnya Ketut Jack Mudastra. Ketut menunjukkan urutan kelahiran yang berlaku di masyarakat Hindu Bali, sedangkan Jack nama baptis, lalu Mudasra menunjukkan nama asli Bali.
Bukti kekhasan Kristen Bali dapat disaksikan di Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Ketika perayaan Natal, kondisinya mirip seperti perayaan Galungan yang diramaikan para penganut Agama Hindu sebagai wujud perayaan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).
Saat Natal, hiasan penjor dipasang sepanjang jalan, sebagaimana pemasangan saat hari Raya Galungan. Demikian juga gereja dipasang dengan penuh hiasan Bali termasuk dengan perlengkapan payung aneka warna.
Kristen Bali adalah agama Kristen yang dipeluk masyarakat Bali asli yang telah ada sejak lama. Dalam bentuk pengamalan, sangat ramah dengan tradisi dan budaya Bali dengan segala pernak perniknya. Kristen Bali bukanlah agama baru yang berbeda Tuhan dengan umat Nasrani pada umumnya. Adanya istilah Kristen Bali tidak bermaksud mengecilkan atau melecehkan agama Kristen, tapi untuk menunjukkan adanya Kekristenan khas yang dianut masyarakat Bali asli, yang umumnya beragama Hindu.
Faktanya tidak ada sama sekali agama yang benar-benar steril dari persinggungan budaya karena agama diciptakan untuk manusia, sedangkan manusia adalah makhluk yang berbudaya.
Maka tidak mudah untuk memisahkan agama Sinto dengan Jepangnya, agama Hindu, Buddha, atau Sikh dengan Indianya, agama Khonghucu dan Tao dengan Cinanya, serta agama Islam dengan Arabnya meskipun tidak semua yang berhubungan dengan Arab mesti Islam.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka tidak bisa disalahkan jika ada yang menyebut Islam Nusantara karena ini bukan paham baru. Ini hanya menunjukkan Islam khas Indonesia yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal di Nusantara.
Tentu saja paham ini tidak menurunkan marwah Islam dan merusak tata cara beragama sehingga ibadahnya menjadi tertolak. Bukankah telah lama terdengar istilah Islam Melayu, juga terdapat pula di berbagai literatur yang membagi Islam Modernis dan tradisional. Hal ini tidak menimbulkan masalah, namun kenapa saat Islam dihubungkan dengan Nusantara ramainya luar biasa.
M. Toha/diad