Kunci Moderasi Beragama di Madrasah dan KUA
Bandung (Balitbang Diklat)---Penerapan nilai-nilai moderasi beragama di madrasah dan Kantor Urusan Agama (KUA) sangat penting dilakukan. Peran seorang penyuluh di KUA diharapkan mampu memberikan bimbingan, nasihat, dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sementara itu, guru atau kepala madrasah memiliki peran sentral dalam membentuk sikap dan nilai-nilai generasi bangsa yang menghargai keberagaman.
Menurut Kepala Badan Litbang dan Diklat Suyitno, saat ini masih ada anggapan bahwa moderasi beragama tidak penting, sehingga dijumpai kesalahpahaman mengenai moderasi beragama. Padahal yang dimoderasi itu adalah cara beragamanya, bukan agamanya.
“Moderasi beragama itu sejatinya mengurusi hablum minannas, yaitu orangnya, bukan agamanya,” ujar Suyitno di hadapan 60 peserta yang terdiri dari kepala madrasah dan kepala KUA di lingkungan Kantor Kementerian Agama Jawa Barat, pada Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama di BDK Bandung, Jumat (12/07/2024).
Dalam menanamkan nilai moderasi beragama, Suyitno menyebut kepala KUA dan kepala madrasah akan bertemu dengan berbagai macam generasi. “Bagi kepala madrasah dan guru mayoritas akan bertemu dengan Generasi Z, yaitu rata-rata di bawah 17 tahun, dan bagi para kepala KUA tentunya lebih beragam lagi, dimulai dari generasi Z, generasi Y, bahkan baby boomers,” ucapnya.
“Di sinilah tugas kepala madrasah dan kepala KUA dalam menyampaikan informasi dan meluruskan kesalahpahaman tersebut. Makanya kita dalam menuntut ilmu harus tammam dan tamat, untuk menghindari kesalahpahaman,” sambungnya.
Dalam menanamkan nilai moderasi beragama, Suyitno menyebut perlunya inovasi. Merujuk beberapa hasil penelitian bahwa manusia pada dasarnya memiliki kesamaan dalam kesukaan. Ini menurutnya penting untuk mengetahui apa yang disenangi, agar penerapan nilai moderasi beragama menjadi lebih efektif.
“Contoh inovasi yang dapat dilakukan dalam menanamkan moderasi beragama yaitu festival musik, festival film pendek, lomba inovasi, olahraga, dan pemberdayaan ekonomi lokal,” ungkapnya.
Terakhir, Suyitno mengharapkan kepada para peserta pelatihan agar tidak hanya berakhir sampai mendapatkan sertifikat saja, tetapi yang paling penting adalah aksi nyata atau rencana tindak lanjut. Bagaimana para kepala madrasah dan kepala KUA dapat menanamkan nilai moderasi beragama ini dengan baik. (Widi Tigaras/Barjah/bas)