Kunci Substansi Moderasi Beragama

15 Nov 2023
Kunci Substansi Moderasi Beragama
Kaban Suyitno pada kegiatan Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama Berbasis Rumah Ibadah Angkatan I dan Angkatan II, di Provinsi Banten dan Kalimantan Barat yang diselenggarakan BDK Jakarta di Serang, Selasa (14/11/2023).

Serang (Balitbang Diklat)---Moderasi beragama itu kunci substansinya adalah yang beda jangan disama-samakan, dan yang sama jangan dibeda-bedakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap saling toleransi, menghargai, dan menyayangi. 

 

“Tetap berdampingan meskipun berbeda, karena yang berbeda tidak mungkin bisa disamakan. Tetapi jangan lupa, di antara kita banyaklah samanya daripada bedanya,” ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Suyitno, di Serang, Selasa (14/11/2023).  

 

Menurut Suyitno, beragama mestinya menjadi media untuk semakin memperkuat toleransi, keharmonisan, silaturahim, dan memperkuat persaudaraan. Karena dalam ajaran agama tidak pernah mengajarkan permusuhan.

 

“Contoh nyata, betapa toleransi diwujudkan dalam bentuk yang sangat nyata, berupa toleransi muamalah. Itulah contoh komitmen kebangsaan, yang dicontohkan riil begitulah seharusnya kita dalam berkomunikasi beragama ini,” terangnya. 

 

Suyitno menjelaskan, toleransi itu bahasanya sederhana. “Yakini agamamu seyakin-yakinnya, amalkan agamamu sekomplit-komplitnya. Biarkan saudara kita yang berbeda agama, juga melakukan hal yang sama seyakin-yakinnya, sekomplit-komplitnya,” tegasnya.

 

Itulah, kata Suyitno, moderasi beragama. Karena, sisi moderasi beragama yang paling substantif adalah memanusiakan manusia. Perbedaan itu, sesuatu yang sifatnya niscaya, tidak mungkin dihindari. Kita ditakdirkan Tuhan dengan terlahir berbeda-beda.

 

“Ukhuwah yang sangat berbeda di antara kita itu disebut dengan ukhuwah imaniyah, yakni persaudaraan seiman, sifatnya masing-masing sesuai agamanya. Kedua, yang harus kita bersama-sama adalah ukhuwah wathaniyah sama-sama sebagai warga negara Indonesia itu yang disebut persaudaraan sebangsa dan setanah air,” ucapnya. 

 

Ketiga, lanjut Suyitno, adalah ukhuwah basyariah. Kita bersaudara bukan hanya karena sebangsa dan setanah air, tetapi kita karena bersaudara sebagai sesama manusia. 

 

“Varian dari tiga kategori tadi, bedanya hanya satu, yaitu ukhuwah imaniyah. Yang sama yakni ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Maknanya adalah banyak samanya daripada bedanya. Jadi, kita ini ternyata hidup ini banyaknya kesamaannya daripada perbedaannya,” imbuhnya. 

 

Tetapi, kata Suyitno, kenapa yang seringkali dimunculkan justru bedanya? “Karena kita tidak mendapatkan insight tentang pentingnya hidup moderat, sebaliknya orang malah mencari titik bedanya,” pungkasnya. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: BDK Jakarta
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI