Lima Seminar Hasil Penelitian LPMQ Kemenag Digelar secara Kolosal

18 Nov 2021
Lima Seminar Hasil Penelitian LPMQ Kemenag Digelar secara Kolosal
Koordinator penelitian LPMQ Balitbang Diklat Kemenag, H Ali Akbar (tengah) sedang berbincang dengan moderator pada seminar hasil di Jakarta Selatan. (Foto: Ova)

Jakarta (17 November 2021). Lima seminar hasil penelitian Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) digelar secara kolosal. Pasalnya, lima penelitian diseminarkan secara berbarengan. Selain itu, seminar hasil ini dilakukan secara hybrid. Sebagian hadir langsung, sebagian lainnya hadir secara virtual melalui zoom meeting.

Hal tersebut dikatakan koordinator penelitian LPMQ, H Ali Akbar, usai pembukaan seminar yang digelar di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (17/11/2021) petang.

“Jadi, kami di LPMQ tahun ini ada lima penelitian. Tiga di antaranya adalah penelitian penugasan, yang dua itu penelitian kompetitif atau Penelitian Berbasis Keluaran (SBKU),” kata Ali Akbar.

“LPMQ baru tahun ini menggelar penelitian SBKU. Kalau Puslitbang Lektur sudah dua tahun yang lalu. Nah, lima penelitian ini di-SBKU-kan,” sambung peneliti senior ini.

Pertama, penelitian media literasi Al-Qur’an bagi komunitas tuli atau sering disebut juga Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW). “Pusing kan (dengar istilahnya). Sebenarnya, itu disingkat tuli saja selesai,” ujar Ali Akbar seraya tertawa.

Kedua, lanjut dia, itu kajian implikasi kebijakan tentang penerbitan, pentashihan, dan peredaran Al-Qur’an. “Itu PMA Tahun 2016. Jadi kita evaluasi bagaimana implikasinya di kalangan penerbit, percetakan, dan  toko buku,” tuturnya.

Ketiga, penelitian koleksi Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal (BQMI). Museum ini, kata dia, memiliki banyak koleksi meliputi mushaf, koin, dan sebagainya. Kebanyakan koleksi tersebut deskripsinya belum ‘berbunyi’.

“Kita mewarisi koleksi-koleksi itu kan dari festival Istiqlal tahun 1991-1995 yang masih begitu aja kondisinya. Kita juga sebagian membeli mushaf manuskrip, ada juga yang hibah. Dari Aceh saja ada 30 buah eksemplar Al-Qur’an,” ungkapnya.

Saat ditanya tentang harga, ke-30 mushaf manuskrip yang ditulis masing-masing oleh penulis yang berbeda itu bermacam-macam besarannya. “Tergantung ketebalannya. Nah, kebanyakan koleksi itu belum bunyi informasi detilnya. Dari daerah mana, asal-usulnya bagaimana, informasinya masih sumir,” kata Ali Akbar.

Menurut dia, penelitian kali ini sebagian berhasil mengungkap informasi sumir tersebut. Ia juga mengakui sebagian lain belum mendapatkan secara lengkap lantaran tak mudah untuk menelusuri kembali.

“Karena yang dulu memberikan mushaf, misalnya, sudah wafat. Sementara kita tidak tahu keluarganya. Kemudian sebagian yang menghadiahkan mushaf juga tidak tahu asal-usul mushaf itu. Dia hanya tahu bahwa ini koleksi milik keluarga. Nah, karena merasa tidak mampu merawat, maka diserahkan ke LPMQ,” terangnya.

Untuk penelitian keempat dan kelima, lanjut dia, masuk kategori kompetisi melalui SBKU. Ada dua tema besar. Pertama, penelitian nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Buku Ajar PAI: Kajian Ayat-ayat Al-Qur’an. Kedua, penelitian tentang ragam budaya khataman di Indonesia.

“Untuk kategori kedua ini, memiliki resepsi berbeda-beda. Masing-masing dua penelitian kompetitif itu ada delapan pemenang. Jadi, totalnya 16 peneliti. Mereka menyisihkan sekitar 400-an lebih orang yang mengajukan proposal penelitian. Kami memang cukup selektif dalam memberikan penilaian,” tandasnya.

Penelitian Berbasis Keluaran (SBKU) yang dihadiri 60 peserta terdiri dari pegawai LPMQ meliputi peneliti, pentashih, dan pengembang tafsir, serta sejumlah undangan dari berbagai instansi.

Seminar hasil penelitian yang gelar di Aloft Hotel, Jakarta ini dijadwalkan empat hari, Rabu-Sabtu, 17-20 November 2021.[]

Ova/diad

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI