Machasin: Al-Qur’an Braille Kebutuhan Kaum Tunanetra
Jakarta (Pinmas) —- Penyusunan Al-Qur’an Braille dan Terjemahnya penting dalam rangka pelayanan publik, khususnya pelayanan keagamaan, mengingat ada kebutuhan yang sama di kalangan tunanetra untuk dapat memahami dan menghayati isi dan kandungan Al-Qur’an sebagaimana Al-Qur’an dan Terjemah bagi orang awas. Sebab, sesungguhnya Al-Qur’an adalah kitab suci yang fungsi utamanya sebagai hudan, pedoman dan petunjuk bagi semua.
Penegasan ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Kepala Badan dan Diklat Kementerian Agama, Machasin, ketika membuka Kegiatan Penyusunan Al-Qur’an Braille dan Terjemahnya yang diselenggarakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA) di Grand Permata Hotel Bandung, Selasa Malam (26/03).
Hadir dalam kegiatan penyusunan ini, para pakar dan praktisi Al-Qur’an Braille dari Yayasan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta, Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) Bandung, Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Bandung, Raudatul Makfufin Tangerang, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI), dan LPMA.
“Al-Qur’an adalah pedoman bagi semua dan karenanya Al-Qur’an Braille dibutuhkan kaum tunanetra,” tegas Machasin.
Menurut Machasin, Kementerian Agama melalui LPMA mempunyai perhatian yang besar terhadap kebutuhan tunanetra muslim ini. Perhatian tersebut setidaknya bisa dilihat dari beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya, yaitu Penyusunan dan Penerbitan Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur’an Braille, serta Penyusunan Al-Qur’an Braille juz 1 – 15 yang sudah selesai pada 2012.
“Kegiatan-kegiatan yang produktif ini diharapkan masih bisa berlanjut dalam rangka menjawab berbagai aspirasi dan kebutuhan para tunanetra muslim Indonesia,” harap Machasin.
Selain itu, kegiatan Penyusunan Al-Qur’an Braille dan Terjemahnya yang diselenggarakan LPMA Balitbang Diklat Kemenag ini diharapkan dapat menghasilkan Al-Qur’an Braille dan Terjemahnya yang disepakati oleh semua pengguna dan praktisi Al-Qur’an Braille di seluruh Indonesia.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala LPMA, Muhammad Shohib menjelaskan bahwa uji terap Al-Qur’an Braille terbitan Kemenag terhadap perwakilan tuna netra dari berbagai provinsi, hasilnya baik dan sangat membantu kaum tunanetra. Uji terap itu dilakukan pada tahun 2012.
“Produk Al-Qur’an Braille ini memperoleh respon yang sangat baik dari komunitas tunanetra muslim karena memang sangat dibutuhkan,” terang Shohib.
Hal senada dikemukakan Nazamuddin dari Yaketunis. Dia menyambut baik penyusunan Al-Qur’an Braille dan Terjemahnya karena sangat membantu. “Sebelumnya kami bergantung pada orang awas ketika akan membaca Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an Braille, kami bisa baca sendiri,” ungkapnya bahagia.
Ketua Majelis Tashih ITMI, Aan Juhana juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, kaum tunanetra berharap memiliki kesamaan akses dengan orang awas dalam membaca Al-Quran. “Al-Qur’an Braille sangat membantu kami,” ujarnya.
Lebih dari itu, baik Nazamuddin maupun Aan Juhana, keduanya berharap agar ke depan ada karya lain selain Al-Quran Braille dan Terjemahnya. Mereka berharap ke depan ada juga produk tafsir dan hadis yang disusun dan diterbitkan dalam huruf Braille. (maz-mkd)