Mahasiswa Jepang Kembali Kunjungi Balitbang Diklat

14 Agt 2019
Mahasiswa Jepang Kembali Kunjungi Balitbang Diklat
Foto: Filman Ghaida

Jakarta (13 Agustus 2019). 26 mahasiswa delegasi dari Universitas Chuo Tokyo Jepang yang didampingi Prof. Hisanori Kato berkunjung ke kantor Badan Litbang dan DIklat (Balitbang DIklat) Kementerian Agama. Kunjungan ini bertujuan mendiskusikan banyak hal terkait agama, budaya, dan keberagaman di Indonesia, Selasa (13/08).

Kedatangan Prof. Kato bersama mahasiswanya ini merupakan kunjungan ke-empat kalinya ke Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Dr. Muharram Marzuki menyambut rombongan di ruang rapat lantai 2.

Dalam sambutannya, Muharram menyatakan kegembiraannya. Ia sangat mengapresiasi silaturrahim yang rutin dilakukan Prof. Kato bersama mahasiswanya setiap tahun.

"Selamat datang kami ucapkan kepada Prof. Kato dan rombongan. Kami sangat senang atas kunjungan rutin dari Universitas Chuo untuk belajar mengenai kehidupan agama dan negara di Indonesia. Banyak hal yang bisa kita diskusikan bersama,” ujarnya.

Muharram kemudian memjelaskan secara singkat institusi di Kementerian Agama. “Terdapat delapan (8) Direktorat Jenderal di Kemenag. Dirjen ini mengurus berbagai agama, pendidikan, haji, dan produk halal. Selain itu tentu saja unit Balitbang Diklat yang berperan dalam penelitian dan diklat,” paparnya dalam Bahasa Inggris.

Diskusi yang dipandu langsung oleh Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan ini berlangsung seru. Sejumlah mahasiswa yang aktif bertanya berusaha menggunakan Bahasa Indonesia, meski akhirnya pertanyaan dilanjutkan dengan Bahasa Jepang. Sebagian bertanya tentang isu-isu keagamaan antara lain soal kehidupan agama di Indonesia, produk halal, pendidikan agama, hubungan antar beragama, hingga aurat.

Dalam sambutannya, Prof. Hisanori Kato mengatakan pihaknya kembali membawa para mahasiswa untuk berdiskusi tentang Kebijakan Pembangunan Bidang Agama di Indonesia dan di Jepang.

“Indonesia dianggap negara yang penting karena berhasil memelihara multi-cultural/multi religious society. Negara yang rukun dan toleran sejak dulu meski terdiri dari berbagai unsur agama, budaya, suku, dan bahasa,” ujar Kato.

Hasil dari diskusi adalah mereka memahami bahwa Indonesia merupakan negera multikultural dan multireligius yang terbiasa dengan perbedaan. []

diad/diad

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI