Majelis Taklim Tidak Hanya Tempat Mengaji Semata
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Mastuki, mengatakan majelis taklim memiliki peran dalam pembentukan karakter akhlak bangsa. Bangsa ini memiliki keuntungan karena ada kontribusi masyarakat kepada negara dimana bangsa lain tidak banyak memiliki perkumpulan yang aktif seperti majelis taklim. Majelis taklim merupakan organisasi masyarakat yang hampir pasti ada di setiap daerah atau lingkungan warga.
“Berdasarkan data pada Bimas Islam, terdapat 994 ribu majelis taklim di Indonesia, di antaranya dipelopori oleh wanita-wanita luar biasa. Di zaman ini, majelis taklim tidak hanya tempat mengaji saja, namun juga menjadi unsur yang mampu mengembangkan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Selain menambahkan wawasan mengenai agama, jemaah majelis taklim sering melakukan kegiatan sosial, seperti penggalangan dana bagi masyarakat yang membutuhkan, media silaturahmi, bahkan juga pengembangan UMKM,” ujar Mastuki.
Hal tersebut dikemukakan Mastuki saat membuka acara Pelatihan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dan Pelatihan Fasilitator Pengelolaan Majelis Taklim Pelopor Angkatan I dan II di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Pelatihan ini diikuti peserta dari BKMT, FKMT, Muslimat, Aisiyah, Wanita Islam, dan Permata.
Menurut Mastuki, transformasi majelis taklim saat ini sudah beyond agama, merambah ke pengembangan ekonomi umat. Jika hal ini menjadi concern bersama, maka majelis taklim menjadi primadona yang dapat menopang sistem ekonomi nasional. “Majelis taklim dapat mengaitkan antara norma-norma agama, dan transformasi ke ranah sosial dan ekonomi melalui lembaga yang dapat didedikasikan untuk pengembangan ekonomi umat,” ungkap Mastuki.
Majelis taklim, kata Mastuki, merupakan organisasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan kelembagaan lainnya. Keunggulan tersebut adalah sifat kelenturan dalam keanggotaannya yang tidak membutuhkan persyaratan tertentu ataupun administrasi yang berbelit, tidak mudah jatuh pada paham yang radikal, dan tradisi budaya kemasyarakatan yang terbuka dan adaptif sehingga mampu mengadopsi dengan cepat perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
Pelatihan ini bertujuan agar peserta dapat bertemu, bersosialisasi, dan menggali lebih jauh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan dari masing-masing individu. “Apabila dilakukan penataan dan pemberdayaan yang tepat, maka majelis taklim dapat menjadi perkumpulan yang sangat produktif. Basis majelis taklim dari keluarga namun implikasinya besar ke masyarakat,” pungkas Mastuki. (Kusuma/bas/sri)