Matangkan Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah Karakter Indonesia, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Uji Draft di Kota Ambon

6 Okt 2017
Matangkan Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah Karakter Indonesia, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Uji Draft di Kota Ambon

Ambon (6 Oktober 2017). Setelah mengadakan Penelitian Peta Penyiaran Keagamaan Berbasis Masjid di Indonesia bulan April lalu, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALA) melakukan pengembangan hasil riset dalam bentuk pedoman. Setelah naskah disiapkan secara bertahap selama tiga bulan, Draft Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah Karakter Indonesia diuji pertama kalinya dalam bentukworkshop di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Jumat (6/10).

Dalam arahannya saat pembukaan workshop hari Rabu (4/10) lalu, Kepala Puslitbang BALA Muharam Marzuki menegaskan, “Pedoman lahir sebagai bentuk pengembangan dari penelitian tentang dakwah Islam di masjid yang kami adakan sebelumnya. Hanya saja, wacana yang dikembangkan dalam pedoman ini lebih luas, bukan hanya di masjid, mempertimbangkan wacana global dan perkembangan teknologi informasi terkini.” Adapun pemilihan Kota Ambon sebagai tempat workshop, lebih pada alasan latar belakang sosial daerah ini yang memiliki dinamika tersendiri dalam kaitan relasi antar agama. Catatan kelam konflik yang berbau agama antara umat Islam dan Kristen beberapa tahun lalu diharapkan bisa memberikan warna bebeda dalam merespon draft pedoman ini, ujar Muharam.

Betul saja apa yang disampaikan oleh Kapuslitbang BALA saat pembukaan, dalam diskusi pembahasan draft kemudian muncul harapan dari peserta agar pedoman ini bisa menguatkan kerukunan umat beragama di Ambon. “Dengan wacana Islam Wasathiyah yang diusungnya, pedoman ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang konstruktif bagi penguatan kerukunan umat beragama seperti di Ambon”, ungkap Arsal dari Takmir Masjid Raya Al-Fatah yang juga Pengurus MUI Provinsi Maluku.

Namun begitu, kritik dan masukan juga tidak lekang disampaikan peserta yang hadir. Pertanyaan tentang filosofi dan argumentasi paradigmatis dari Islam Wasathiyah dalam Draft Pedoman ini juga dipertanyakan. Ini hal mendasar yang harus bisa dijelaskan terlebih dahulu sebelum bisa diturunkan secara operasional dalam bentuk pedoman, gugat Syarifuddin, dosen Fakultas Dakwah IAIN Ambon. Abdul Wahhab, takmir Masjid Laskar (alias Abu Bakar) yang dikenal beraliran salafi, juga mengkhawatirkan kalau wacana wasathiyah yang tercantum dalam pedoman ini cenderung berkonotasi liberal.

Di Ibu Kota Provinsi Maluku ini, kegiatan workshop yang diadakan pada tanggal 4-6 Oktober 2017 ini bekerjasama dengan Kemenag Kota Ambon. Secara teknis Panitia Daerah dari Kemenag Kota Ambon mampu menghadirkan 32 orang peserta dari unsur ormas Islam, da’i, takmir masjid, akademisi, juga Penyuluh Agama Islam dan perwakilan dari Kementerian Agama.

Bersama beberapa orang Panitia Pusat, juga berangkat narasumber sekaligus kontributor tulisan pada pedoman ini, antara lain Abdul Aziz (Pengajar Pascasarjana Universitas Islam Jakarta), Marzani Anwar (Pensiunan Ahli Peneliti Utama Balai Litbang Agama Jakarta), dan Ahmad Yani (Praktisi Dakwah dan Pengurus Dewan Masjid Indonesia Pusat).

Sejauh pantauan Balitbang, kegiatan berjalan dinamis dan penuh antusias. Para peserta yang diundang semuanya mengikuti dengan serius dari awal sampai akhir, tak berkurang seorangpun. Dipusatkan di Hotel Amaris Ambon, kegiatan workshop akhirnya ditutup secara resmi oleh Kepala Kemenag Kota Ambon, Rusydi Latuconsina.[]

Edijun/AR/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI