Menag Bongkar Dimensi Rahasia Kerukunan Umat Beragama
Jakarta (Balitbang Diklat)---Dalam upaya memelihara kerukunan umat beragama di Indonesia, Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Konsolidasi Nasional Program Kerja Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Auditorium H.M. Rasjidi, Jl. M.H. Thamrin No.6 Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2024).
Menteri Agama (Menag) KH Nasaruddin Umar mengatakan KUB tidak hanya sekadar masalah praktis, tetapi juga melibatkan dimensi teoritis. Menag mengungkapkan pentingnya memahami empat dimensi utama untuk menciptakan Kerukunan Umat Beragama yaitu myth, logos, ethos, dan perilaku Keseharian.
"Kerukunan umat beragama memiliki dimensi yang harus kita ketahui. Ada dimensi myth menyangkut kepercayaan dan keyakinan. Kedalaman keyakinan itu, kita format dalam bentuk logos, yaitu bagaimana memahami kepercayaan tersebut," ujar Menag. Menurutnya, logos harus diartikulasikan dalam bentuk responsif, tolak ukur, dan berbagai tindakan yang mengarah pada perubahan sosial.
Lalu, selanjutnya ethos yang merupakan turunan dari logos. Ethos berfungsi untuk membentuk kebiasaan yang kemudian akan mengarah pada perubahan perilaku. “Kita tidak mungkin bisa merubah perilaku masyarakat tanpa mengubah etika atau ethos yang ada dan tidak mungkin dapat merubah ethos tanpa merubah sistem etimologi masyarakat,” ujarnya.
Menag menegaskan untuk memahami KUB diperlukan pemahaman lebih lanjut tentang teori yang mendasarinya. “Kita tidak bisa berbicara tentang kerukunan beragama hanya berdasarkan akibat, tanpa memosisikan sebab-sebab yang membuat akibat itu muncul," tambahnya.
"Kementerian kita tidak bisa bekerja tanpa teori. Pemikiran komprehensif ini penting untuk merumuskan program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang," katanya. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan langkah-langkah strategis untuk masa depan KUB di Indonesia.
Menag menegaskan pentingnya melanjutkan kegiatan yang telah direncanakan serta memastikan struktur pada saat ini untuk mendukung tugas-tugas utama Kementerian Agama. Namun, apabila ada perubahan dengan hadirnya utusan khusus Presiden yaitu Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), dapat mendukung kelanjutan dan efektivitas program yang dimiliki Kementerian Agama.
Menurut Menag, dengan berbagai program yang telah dijalankan Kemenag, diharapkan manuver Kemenag dapat lebih maksimal dalam mewujudkan tujuan besar.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno beserta jajaran pejabat Eselon I lainnya. (Fernanda Ariestiara)
|