Menag Gus Yaqut Beri Aura Segar di Forum Temu Peneliti
Tangerang Selatan (11 Juni 2021). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpesan kepada para peneliti agar tidak resah menghadapi situasi di masa mendatang. Situasi di mana Balitbang Diklat bersama institusi penelitian di kementerian dan lembaga akan dilebur menjadi satu di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hal tersebut dikatakan Menag saat memberi pengarahan pada Temu Peneliti 2021 yang dihelat di auditorium Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/6).
“Tidak ada yang perlu diresahkan, insya Allah. Saya pakai pakaian sengaja nggak kayak menteri begini untuk memberikan aura segar kepada para peneliti yang ada di sini,” ujar Gus Yaqut disambut tepuk tangan hadirin.
Gus Yaqut mengatakan, kita sadar dan paham bahwa sejatinya riset merupakan spirit sebuah lembaga. Menag menyampaikan kepada Kaban Achmad Gunaryo berkali-kali bahwa sebenarnya penelitian ini ruh atau spirit.
Di awal-awal saya ditugaskan Pak Jokowi untuk menjadi menteri di Kementerian Agama, saya sampaikan bahwa sebenarnya dan seharusnya arah Kemenag itu ditentukan oleh badan yang Pak Gunaryo pimpin,” tegasnya.
Menurut Menag, jika kemudian Litbang tidak difungsikan dengan baik, maka jangan heran jika Kementerian Agama tidak akan pernah berubah wajahnya. Semua yang dilakukan menteri dan seluruh jajarannya, lanjut Gus Yaqut, seharusnya berbasis dari hasil penelitian Balitbang.
“Harusnya begitu. Makanya, sekarang saya ingin memfungsikan Litbang ini semaksimal mungkin. Saya tanya Pak Gunaryo waktu itu sudah melakukan penelitian apa saja. Beliau menyampaikan antara lain pesantren. Kalau tidak salah ada 22 judul yang disampaikan ke saya yang update,” ungkapnya.
Menag menegaskan, bahwa mengambil keputusan dan kebijakan tidak boleh berdasarkan perasaan. “Kebanyakan pimpinan kita ini, termasuk saya, mengambil keputusan dan kebijakan seringkali didasarkan pada feeling daripada kajian-kajian empirik yang jelas gitu ya seperti yang dilakukan Litbang,” tandasnya.
Oleh karena itu, Menag secara khusus menunjukkan bahwa ia konsisten dengan ucapannya dengan mengangkat salah satu peneliti sebagai staf khusus.
“Hasanuddin Ali, Direktur Alfara Research Institute, saya paksa untuk menjadi tenaga ahli saya. Karena memang saya ingin sebagian besar keputusan yang dijalankan di kementerian ini harus berbasis kepada penelitian,” tegasnya.
“Jadi, tidak boleh asal-asalan, apalagi feeling. Karena feeling ini tergantung mood saja. Itu kalau mood-nya lagi baik, ya feeling-nya pas dan bagus. Kalau nggak, sebaliknya. Dan itu berbahaya karena urusannya bangsa, negara, dan rakyat. Jadi, tidak boleh main-main,” tambah putra KH Cholil Bisri Rembang ini.
Secara pribadi, Menag mengaku selalu berat jika menghadiri acara yang dikesankan sebagai sebuah perpisahan. Apalagi ia belum lama menjabat menteri yang tentu saja belum bisa menyapa seluruh ASN Kemenag.
“Saya menjadi menteri belum lama, belum sempat ketemu bapak ibu peneliti, kok tiba-tiba berpisah. Itu kan nggak enak rasanya. Saya selamanya ini hanya ketemu Pak Gunaryo, Mas Mukhlis, belum ketemu semua secara khusus. Baru sekarang bisa bertemu. Masa ini pertemuan sekaligus perpisahan,” ujarnya.
“Jadi, kalau disebut perpisahan, nggak lah, kita ini nggak akan berpisah, Insya Allah. Alhamdulillah kita hari ini masih diberikan kesehatan sehingga bisa bersilaturahim di acara temu peneliti ini. Mudah-mudahan tahun depan kita masih ada lagi pertemuan seperti ini. Meskipun bisa jadi bukan temu peneliti judulnya. Tetapi pertemuan seperti ini saya kira penting,” sambung Menag disambut aplaus para peneliti.
Hadir sejumlah narasumber dalam kegiatan tersebut, antara lain Sekretaris Utama BRIN, Direktur Agama dan Kebudayaan Kementerian Bappenas. Temu Peneliti yang mengusung tema ‘BRIN dan Masa Depan Riset Agama dan Keagamaan’ ini diagendakan selama tiga hari, Kamis-Sabtu, 10-12 Juni 2021. (Ova/bas)