Menciptakan Kehidupan Harmoni Melalui ToT Penguatan Moderasi Beragama
Makassar (Balitbang Diklat)---Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo, Balai Litbang Agama Makassar, dan Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) Penguatan Moderasi Beragama di Hotel Claro Makassar, 23-28 Juli 2024.
Rektor IAIN Palopo Abbas Langaji saat membuka ToT mengatakan kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Agama yang terpantau setiap saat dari pusat dan narasumber berasal dari orang-orang terpilih.
“Sebagai manusia, siapa saja dan kapan saja, salah satu kebutuhannya adalah ingin hidup dalam harmoni, hidup dalam suasana nyaman, saling menghargai, saling memahami antara satu dengan yang lain,” ujarnya di Makassar, Selasa (23/7/2024).
“Pada saat yang sama, isi pikiran kita beragam. Tidak sedikit disharmoni disebabkan interpretasi yang berbeda terhadap teks-teks agama, perbedaan sikap terhadap isu-isu tertentu. Pada saat yang sama, penyesalan selalu datang terlambat,” tuturnya.
“Oleh karenanya, tugas kita sebagai warga negara dan umat beragama adalah merawat harmoni itu. Kita juga selalu akan berhadapan dengan anak-anak, generasi masa depan akan menjadi penerus dari apa yang kita contohkan,” terangnya.
Menurut Abbas, sebagai dosen atau sebagai pelayan administrasi di Lembaga Pendidikan dan Kependidikan bisa memberikan contoh yang baik, tentang suasana harmoni bisa menjadi penggerak bagi mereka.
“Insya Allah ke depannya akan menjadi lebih baik. Bapak/Ibu diharapkan yang berkecimpung di dunia pendidikan menjadi motor penggerak terciptanya suasana harmoni itu melalui penerapan moderasi beragama. Sesungguhnya tidak diragukan lagi sikap dan komitmen kita secara pribadi,” tegasnya.
Abbas mengharapkan kegiatan ini berjalan dengan sukses. “Ikuti kegiatan ini dengan serius,” ungkapnya saat mengakhiri pembukaan.
Hal senada juga disampaikan Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Makassar Saprillah. Menurutnya, moderasi beragama telah digerakkan secara massif dalam berbagai bentuk, terutama dalam bentuk pelatihan. Arahnya adalah menggerakkan satu kerumunan besar untuk menciptakan gelombang yang sama dengan artikulasi yang sama.
“Moderasi beragama itu dalam bentuk wacana, setiap orang berhak meterjemahkan dan membuat semacam tafsir tapi negara membutuhkan satu kerangka body of knowledge yang sama,” kata Saprillah.
“Tafsirnya kemudian berbeda itu tidak masalah tapi kita bergerak di level dan kepentingan yang sama,” imbuhnya.
Saprillah mengungkapkan moderasi beragama dalam konteks pandangan negara adalah menjaga stabilitas negara melalui bahasa agama. Jadi, agama difungsikan sebagai alat negara untuk merajut kebersamaan sekaligus untuk menjaga apa yang kita sebut dengan Indonesia ini.
“Tantangan Indonesia ke depan adalah percakapan keagamaan akan tumbuh dalam setiap generasi sehingga agama yang dikembangkan dan agama yang harus kita rawat adalah agama yang bisa memastikan konsep nasionalitas terjaga,” pungkasnya.
Peserta ToT berjumlah 33 orang terdiri dari IAIN Palopo, Balai Litbang Agama Makassar, dan IAKN Toraja. (RS/bas/sri)