Mengulang Sukses Ulama Terdahulu, Kemenag Memfasilitasi Karya Ilmiah Mahasantri
Jakarta (23 April 2018). Terhitung mulai 20 April 2018, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan membuka kesempatan kepada para mahasantri untuk membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) di lingkungan Ma’had Aly, Indonesia. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk penelitian kompetitif antar sesama santri Ma’had Aly se-Indonesia dengan judul kegiatan “Karya Tulis Ilmiah Mahasantri (KTIM).” Bagi mahasantri yang terpilih akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing lima juta rupiah. Uang tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan penelitian baik penelitian kepustakaan maupun penelitian sosial serta penyusunan karya ilmiah.
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Amsal Bakhtiar, menyatakan bahwa karya tulis di lingkuangan ulama nusantara telah menorehkan tinta emas dengan kebesaran karya mereka. Mereka bukan hanya terkenal di Indonesia, melainkan terkenal di dunia Islam. Sebut saja karya-karya seperti Sabilul Muhtadin (Syekh M. Arsyad Al Banjari), Hidayatus Salikin (Syakh Abdul Samad Palembang), Tafsir al Munir (Syekh Nawawi Banten), Hasyiyah an Nafahat (Syekh Ahmad Khatib Minangkabau), Al Fawaid Al Janiyyah (Syekh Yasin al Fadani).
“Karya-karya besar mereka hendaknya dapat diikuti oleh para santri Indonesia saat ini, khususnya mahasantri Ma’had Aly. Untuk itu Kementerian Agama ingin memfasilitasi menghidupkan tradisi agung dalam karya tulis ilmiah tersebut,” ujar Amsal Bakhtiar disela-sela arahannya.
Informasi dari Direktorat Diniyah dan Pondok Pesantren, saat ini di Indonesia telah berdiri 29 Ma’had Aly yang telah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Agama RI. Masing-masing Ma’had Aly mempunyai konsentrasi studi (program studi) yang spesifik sesuai dengan daya dukung masing-masing Ma’had Aly. Terdapat beberapa konsentrasi keilmuan, antara lain ulumul qur’an, ulumul hadits, sejarah Islam, Fiqh dan Ushul Fiqh, Tasawuf, ilmu kalam, dan sebagainya. Terkait dengan KTIM ini mahasantri dipersilahkan mengangkat tema sesuai dengan konsentrasi studi masing-masing.
Menurut Muhamad Murtadlo, Kepala Bidang Litbang Pendidikan Keagamaan sekaligus penanggung jawab kegiatan ini, KTIM ini mengambil tema besar ”Wawasan Keagamaan, Kebangsaan dan Keilmuan dalam Konteks Keindonesiaan.” Dari tema besar itu diberikan alternatif sub-tema yang bisa dipilih, yaitu: “Pengembangan Sikap Wasatiyah dalam Konteks Keindonesiaan”; “Isu-isu Sosial Keagamaan dalam Perspektif Keilmuan Pesantren”; “Menggali dan Menerapkan Ciri Khas Keilmuan Ma’had Aly”; dan “Memperkuat Pendidikan Karakter dalam rangka Memajukan Peradaban Bangsa.”
“Judul usulan penelitian tidak mesti sama dengan redaksi di atas, namun bisa juga judul yang merupakan turunan dari sub tema tersebut,” tambah Murtadlo. Pesan ini dia sampaikan agar mahasantri tidak alergi duluan dengan judul besar tersebut. Tema dan sub-tema tersebut dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Intinya KTIM ini dibuat untuk mengaktualkan pemikiran dan penalaran yang menjadi khazanah masing-masing Ma’had Aly.
Masa pengajuan proposal diberi kesempatan selama 2 bulan, yaitu dari tanggal 20 April hingga 20 Juni 2018. Menurut Koordinator kegiatan, Nunu Ahmad An Nahidz, sengaja masa pendaftaran ini dibuka seiring dengan bulan Sya’ban dan Ramadhan, agar para santri sambil i’tikaf dapat menemukan tema dan judul yang pas untuk diangkat. Usulan penelitian bisa berupa penelitian kepustakaan maupun penelitian sosial (lapangan).
Terhadap kegiatan ini, Ketua Asosiasi Ma’had Aly, KH. Abdul Jalal dari Pesantren Situbondo, menyambut baik dan positif kegiatan ini. Dia mengucapkan sangat berterima kasih kepada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI yang telah memfasilitasi penulisan karya ilmiah di lingkungan Mahasantri Ma’had. Dia berharap dengan dorongan kegiatan ini akan muncul tradisi kuat di lingkungan Ma’had Aly pentingnya karya tulis ilmiah. Pada saatnya nanti diharapkan dari Ma’had Aly akan lahir ilmuwan-ilmuwan yang produktif dalam penulisan ilmiah dan melahirkan karya tulis yang diakui tidak saja secara nasional, tetapi juga di tingkat regional Asean, bahkan syukur bagai sampai level internasional.
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, menurut Muhamad Murtadlo, tahun 2018 ini untuk penguatan Ma’had Aly membuat dua kegiatan: pertama, kegiatan Karya Tulis Ilmiah Mahasantri Ma’had Aly; dan Kedua, Penelitian Asessment Pengembangan Program Studi Ma’had Aly. Dengan dua kegiatan ini diharapkan Kementerian Agama dapat secepat mungkin memetakan masalah-masalah yang dihadapi Ma’had Aly. Kedua kegiatan ini juga dilakukan dalam rangka capacity building Ma’had Aly di Indonesia. []
Murtadlo/diad/diad