Menteri Agama Baru

28 Des 2020
Menteri Agama Baru

oleh: Muchammad Toha

Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar

Menyongsong tahun baru dengan Menteri Agama baru dapat dikatakan momen istimewa, apalagi menjelang Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-75 yang jatuh pada tanggal 3 Januari. Bukan hanya itu, rupanya hari lahir menteri kelahiran Rembang ini hanya berselang satu hari dengan kelahiran institusi yang dipimpinnya, yaitu 4 Januari 1975.

Cukup mengejutkan ketika nama menteri yang sekarang memangku amanat sebagai ketua organisasi kepemudaan terbesar Nahdliyin ini diumumkan Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Agama, karena yang cukup santer di publik yang akan memangku kementerian dengan satuan kerja terbesar adalah kakak kandung beliau (KH. Yahya Cholil Tsaquf).

Namun masyarakat harus tahu bahwa hadirnya Gus Yaqut (begitu panggilan akrab beliau) untuk menjadi Menteri Agama juga sangat tepat, bukan saja karena beliau berasal dari organisasi keagamaan terbesar di dunia (Nahdlatul Ulama), tapi lebih dari itu kemampuan agama yang menjadi tugas utama kementerian ini, benar-benar ada pada diri beliau dan tidak diragukan lagi karena beliau berasal dari dzurriyah kiai dan hidup di lingkungan pesantren.

Ayah, paman, saudara, sepupu bahkan para leluhur beliau cukup dikenal masyarakat sebagai tokoh-tokoh agama yang mumpuni dan santun, datuk beliau adalah tokoh yang sangat alim dan legendaris khususnya bagi kalangan masyarakat santri, keunggulan yang jarang dimiliki tokoh agama pada umumnya dan itu sangat lekat dengan datuk beliau yaitu kemampuan retorika (dakwah) yang sangat memukau dan ketinggian berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang lumayan banyak jumlahnya dan dikaji di pesantren, langgar, serta lembaga pendidikan sampai hari ini, sehingga hampir sebagian besar kaum santri mengenal nama Romo KH. Bisri Mustofa Rembang.

Dilihat aktivitasnya Menteri Agama baru ini sungguh sangat egaliter, padahal sebenarnya beliau barasal dari keluarga darah biru yang benar-benar memiliki umat (pesantren), sehingga ini menepis anggapan sebagian orang yang menilai miring bahwa putra-putri kiai adalah sosok-sosok feodalis yang selalu minta dilayani dan anggapan ini ternyata salah besar karena benar-benar tidak ada dalam diri Menteri Agama sekarang ini, terbukti beliau setiap hadir dalam pelantikan dan pembinaan di daerah selalu berbaur tanpa sekat dan satir dengan para aktivis khususnya Pemuda Ansor dengan perilaku beliau yang sederhana dan bersahaja.

Sikap egaliter yang ada dalam diri beliau merupakan modal penting dalam usaha menjadikan Kementerian Agama benar-benar hadir di masyarakat, karena tidak sedikit insan Kementerian Agama karena memiliki kemampuan agama lebih justru memposisikan diri sebagai elite yang harus disowani (didatangi) bukan abdi yang harus melayani, sehingga kehadirannya minta diurus bukan kehadirannya untuk mengurus.

Lahir dari keluarga kiai dan dibesarkan di lingkungan pesantren serta terus berhidmah di kalangan anak muda santri (Ansor) menjadikan diskursus tentang agama dan kemasyarakatan beliau terus terjaga. Ditambah lagi dengan riwayat akademik beliau yang mengenyam pendidikan di kampus umum (Universitas Indonesia) jurusan Sosiologi, tentunya semakin menyempurnakan tugas beliau sebagai menteri yang harus mengayomi berbagai agama yang ada di Indonesia lengkap dengan keyakinan lokal yang tidak jarang bersinggungan dengan enam agama yang dipeluk masyarakat Indonesia.

Riwayat karier beliau yang pernah menjabat sebagai wakil Bupati Rembang makin memberi pengayaan terhadap tugas baru beliau sebagai Menteri Agama, dengan ringkas kata beliau juga paham dan telah mengarungi dunia birokrasi yang kadang-kadang cukup pelik dan berliku terutama bagi kalangan pemula, karena kendatipun jabatan menteri bukanlah jabatan karier birokrasi tapi kemampuan birokratik mutlak harus dimiliki bagi seorang menteri tidak perduli darimana dia berasal, kalau tidak maka akan dimainkan bahkan menjadi guyonan pegawai yang dipimpinnya.

Selain itu sebelum menjabat Menteri Agama, beliau adalah anggota DPR RI yang beliau warisi kemampuan politik itu dari ayahanda beliau yang bukan saja duduk sebagai anggota parlemen tapi juga salah seorang pendiri Partai Politik yang berhaluan Nasionalis Religius. sehingga pengalaman di DPR RI itu akan memudahkan penataan anggaran Kementerian Agama agar lebih maksimal mengingat tugas institusi ini yang mengurus manusia mulai sebelum lahir hingga manusia mati, serta memberikan sentuhan perwajahan institusi tempat pelayanan Kementerian Agama yang sejajar dengan institusi yang lain terutama di wilayah terluar, terjauh dan terpencil di Indonesia.

Akhirnya, dari segala pembahasan diatas yang paling penting adalah Sang Menteri Agama baru ini adalah sosok muda yang jelas keislamannya, jelas keindonesiannya, jelas keberpihakannya untuk membangun hidup damai bersama dengan segenap anak bangsa.[]

Muchammad Toha/diad

 

Penulis: Muchammad Toha
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI