Menulis adalah Experience

15 Mar 2019
Menulis adalah Experience

Yogyakarta (14 Maret 2019). Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D hadir sebagai narasumber pada kegiatan academic writing yang diselenggarakan oleh Puslitbang LKKMO di Yogyakarta, Kamis (14/03).

Inspirasi dan motivasi adalah wujud kehidupan, tanpa itu kita semua mati tutur Kaban. Oleh karena itu, kehadiran beliau dalam rangka menguatkan dua hal penting tersebut dengan memaparkan berbagai tulisan dan pengalamannya semasa studi doktoral dan postdoct di UCLA Amerika Serikat.

Islam and Humanism (When muslim learns from the west: A cross cultural project) merupakan bagian dari pengalamanacademic writing sehingga berkesempatan melakukan penelitian di Amerika Serikat selama 6 bulan, bahkan mengantarkan beliau mencapai gelar profesor.

Apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan workshop academic writing diungkapkan Kaban. Menurutnya, kegiatan ini telah digagas pada tahun 2007 sewaktu beliau menjadi Direktur Pendidikan Tinggi Islam. Nah sekarang LKKMO juga melakukannya.

“Ini sangat urgent karena menulis harus mengalami langsung dan mencoba untuk mengirim tulisan tersebut ke berbagai media. Experience adalah kiat penting bagi para peneliti sebagaimana yang pernah dilakukannya dulu sewaktu menjadi dosen di IAIN Walisongo setiap dua minggu atau sebulan sekali mesti ada tulisannya dimuat di koran Merdeka,” ujar Kaban.

Hingga hari keempat kegiatan workshop, Prof. Irwan Abdullah bersama anggota tim lainnya intensif berinteraksi mendampingi seluruh peserta dalam menulis artikel. Menurutnya, kita tidak boleh terbelenggu oleh stigma lama bahwa menulis itu susah/sulit.

“Menulis itu mudah, asal dilakukan secara rutin dan tahu strateginya. Semua sumber telah tersedia sangat banyak, dapat diakses kapanpun, dan tidak perlu muluk-muluk karena pada prinsipnya hal yang kita tulis itu mensyaratkan dua hal saja yakni enak dibaca dan perlu ditulis,” ungkap Irwan.

Untuk menguatkan pernyataannya, Irwan menguraikan contoh-contoh artikel pada jurnal terindeks scopus dari yang terbaik hingga kurang baik.

“Pada era yang serba terbuka, kita dapat memperoleh informasi dari berbagai penjuru yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, kita juga harus membuka diri untuk kolaborasi dan berbagi terhadap sesama yang memerlukannya. Jadi, kita harus berprinsip bahwa tulisan kita menjadi bagian dari kesuksesan orang lain,” papar Irwan.

“Artinya, ketika kita hendak mengirim artikel pada jurnal tertentu maka upayakan kita mensitasi berbagai tulisan yang ada di jurnal tersebut, karena dengan kita mensitasinya tentu jurnal mereka semakin meningkat indeksnya,” lanjutnya.

Strategi yang perlu diperhatikan dalam mengirimkan artikel kata Irwan diantaranya; 1) Jurnal itu berasal dari negara mana. Karena jika mengirimkan artikel ke jurnal tertentu di beberapa negara yang tidak teralalu penuh antriannya maka peluang diterima lebih besar. Selama masih kategori Q1 atau Q2, maka tidak penting jurnal itu berasal dari negara maju sekalipun. 2) Gaya selingkung dan pola penulisan harus menjadi perhatian sesuai standar mereka, dan 3) Jangan lupa melihat posisi jurnal tersebut apakah masih on going atau sudah  canceled. Ini penting agar tidak kecewa kemudian, apalagi bagi yang memerlukan untuk pemenuhan angka kredit.

“Menulis untuk jurnal berbeda dengan pola penulisan lainnya, kita harus tunduk pada aturan jurnal tersebut karena dari sekian banyak penerbitan jurnal scopus itu adalah perusahaan yang konteksnya dalah bisnis sedangkan yang dari perguruan tinggi hanya beberapa saja,” jelas Irwan.

Oleh karena itu, jika ingin pandai sesungguhnya harus membaca buku babonnya karena artikel dalam jurnal hanya parsial saja. Karena sifatnya parsial, maka dalam menulis artikel untuk jurnal seyogyanya menjiplak saja.

“Sesungguhnya menulis yang baik adalah menjiplak, tetapi menjiplak yang dibenarkan. Caranya adalah banyak membuka jurnal dan melihat atau mencontoh model judul dan tulisan orang tersebut, setelah itu kita tiru modelnya dengan konteks yang berbeda,” ujar Irwan melanjutkan paparannya.

Secara rinci Irwan menjelaskan bahwa dalam menulis artikel bisa dimulai dengan menentukan judul. Dua hal penting yang harus ada dalam judul adalah obyek material dan obyek formal. Obyek material artinya fakta/fenomena yang akan diungkap itu ada dan bisa dieksplorasi sehingga nantinya bisa menghasilkan wisdom. Sedangkan obyek formal artinya bahwa persoalan yang kita teliti ada konsep/teori yang mendukungnya. Dengan dua patokan ini, bisa jadi judul artikel sangat sederhana namun bisa menghasilkan wisdom yang berdampak luas untuk masyarakat.

Hal teknis lainnya sesuai standar artikel untuk jurnal scopus, kata kuncinya jangan melebihi yang ditetapkan, lebih baik kurang dari yang disyaratkan, misalnya, menulis alinea itu antara 10 sampai dengan 15 baris, menulis introductionmaksimal 4 alinea, menulis literature review 2500-3000 kata, method sebanyak 500 kata, menulis result of research 1000-1500 kata, discussion sebanyak 1000-1500 kata, danconclusion 300 kata. Dilihat dari standar di atas, beberapa tulisan yang dihasilkan para peserta sudah mulai terlihat dan layak masuk jurnal scopus. []

IA/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI