Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Buku Cerita Rakyat

16 Jul 2019
Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Buku Cerita Rakyat

Jakarta (15 Juli 2019). Ketersediaan buku-buku berkualitas memiliki peran penting menumbuhkan niat baca, khususnya untuk anak usia dini. Mencermati hal tersebut, saat ini Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ)  sedang menyusun buku cerita untuk anak usia dini yang bersumber dari cerita rakyat.  Buku ini diharapan bisa menumbuhkan minat baca anak yang mulai menurun. 

Menurut Kepala BLAJ Nurudin, Kegiatan ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan BLAJ pada 2017.

“Dua tahun lalu, kami telah melakukan penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan agama dalam cerita rakyat daerah, dengan mengkaji sekitar sembilan cerita rakyat di enam provinsi di Indonesia bagian barat. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari penelitian tersebut.  Penyusunan buku cerita rakyat bagi anak usia dini ini menjadi langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan  nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat,” ujar Nurudin saat membukaan kegiatan  Penyusunan Draf Awal Pengembangan, Penyusunan Buku Cerita Rakyat Bagi Anak Usia Dini di Jakarta, Senin (15/07). 

Nurudin menambahkan, apa yang dilakukan BLAJ bukan hanya menghimpun cerita rakyat, tapi didalamnya  ada proses pembelajaran untuk para peneliti bagaimana menulis ulang cerita rakyat dan menyusunnya.  Selain itu, memberikan porsi kepada karya-karya fiksi keagamaan  yang secara nyata punya efek positif bagi peserta didik.

“Ini jadi trigger bagi para penulis karya fiksi keagamaan atau cerita rakyat agar lebih kreatif lagi untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan kita,  yaitu tercapainya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa. Dari sisi pemangku kebijakan juga harus muncul political will  untuk menyediakan sumber-sumber infomasi, sumber pembelajaran yang berimbang. Artinya yang berimbang itu pendekatanya bukan hanya yang ilmia, tapi juga yang fiksi (cerita-cerita rakyat).  Ini perlu kemudian dituliskan ulang kemudian disajikan untuk anak-anak usia dini, hal ini tentu sangat positif pada pengaruh perkembangan anak,” tutur Nurudin dihadapan sekitar 70 peserta kegiatan yang merupakan perwakilan dari beberapa perguruan tinggi dan komunitas penggiat buku anak-anak.

Sementara akademisi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Murti Bunanta yang juga hadir sebagai narasumber mengatakan apa yang dilakukan BLAJ  adalah langkah yang baik untuk meluaskan wawasan, khususnya tentang keagamaan. Bahwa agama tidak hanya mengajarkan dogma agama atau pengetahuan agama saja seperti membaca Alquran, tapi juga mengajarkan moral agama.

“Sebetulnya dalam cerita anak, kita mengajarkan sesuatu namun dengan cara yang hiburan. Pelajaran budi pekerti biasanya ada di cerita rakyat atau ada di manuskrip. Sebenarnya cerita anak banyak macam ragam, tapi kebanyakan memang kearah mengajarkan budi pekerti. Pelajaran budi pekerti harusnya tidak menjadi porsi utama, artinya berimbang dengan buku-buku jenis lain. Misalnya tentang ilmu pengetahuan atau sejarah itu harus ada juga dalam buku cerita anak,” kata Murti Bunanta yang juga pendiri dan ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) ini.

Murti Bunanta juga mengatakan tantangan membuat cerita anak harus mempunyai pengetahuan bagaimana menulis cerita yang bagus. Intinya, harus tahu lebih dahulu cerita apa yang akan diangkat. Apakah akan menulis cerita keagamaan, cerita rakyat, tentang sejarah. Karena masing-masing memiliki pakem tulisan yang berbeda.

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI