MERAWAT KEARIFAN MEMPERKOKOH BANGSA

29 Nov 2018
MERAWAT KEARIFAN MEMPERKOKOH BANGSA

Jakarta (28 November 2018). Bertempat di Hotel Sofyan Cut Mutia Jakarta, Puslitbang LKKMO Bidang Khazanah Keagamaan menyelenggarakan Seminar Inventarisasi Pemetaan Khazanah Keagamaan di Museum, Rabu (28/11). Peserta terdiri dari peneliti, akademisi, kurator museum, pemerhati sejarah-budayawan dan tokoh agama.

Yasin Rahmat Ansori selaku Kabid Khazanah Keagamaan pada awal seminar memberikan highlight tentang tujuan pelaksanaan kegiatan, yaitu membuat pemetaan khazanah keagamaan yang ada di museum; menyusun katalog direktori khazanah keagamaan; menjalin kerjasama dengan pihak museum yang ada di Indonesia; dan mendukung rencana Kemenag dalam mewujudkan pendirian Lembaga pusat kajian manuskrip nusantara.

Selanjutnya Kapuslitbang LKKMO, Muhammad Zain dalam sambutannya memaparkan ide cemerlang yang langsung menukik kepada alasan fundamental keberlangsungan eksistensi sebuah bangsa. “Suatu bangsa hanya dapat berdiri kokoh bila dia mampu menjaga, merawat, menumbuhkembangkan khazanah nilai budaya keagamaan dan warisan intellektual yang dimilikinya,” ungkap Zain.

“Warisan kekayaan hidup yang tak ternilai harganya ini ada dalam naskah-naskah kuno (manuskrip) yang sebagian kecil sudah tersimpan dalam museum, tapi sebagian besar masih berserakan di daerah nusantara dalam kondisi memprihatinkan,” lanjut Zain. Di sinilah letak urgensitas tindakan penyelamatan terhadap khazanah intellektual manusia.

Keselamatan manuskrip berakibat langsung dengan “keselamatan” bangsa, sebab tingkat peradapan suatu bangsa ditentukan juga oleh pengenalan yang baik akan sejarah, rekam jejak perkembangan yang dialami dalam sejarah perjalanan suatu bangsa. Tindakan penyelamatan khazanah intellektual bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi keterputusan sejarah perkembangan intelltual manusia.

Hal ini penting agar suatu bangsa memiliki fondasi yang kuat untuk “berdiri tegak” diantara bangsa-bangsa lain, serentak juga memiliki wajah-identitas dan jati diri sebagai suatu bangsa. Lebih jauh Kapus memberikan contoh negara-negara yang telah kehilangan manuskripnya karena perang.

“Bosnia-Herzegovina, Afrika  juga kehilangan jutaan manuskrip karena dihancurkan oleh Boko Haram. Nasib yang sama juga dialami oleh Syiria sekarang ini. Hantaman ISIS sehingga masjid, museum, manuskrip hancur. Masjid bersejarah peninggalan Khalifah Mu'awiyan ibn Abu Sofyan porak poranda, berikut Mushhaf al- Qur'an rasm Uthman ibn Affan. Mushhaf ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi,” terang Zain.

Sejatinya kesadaran elaboratif terhadap khazanah keagamaan menjadi energi kuat yang mendorong Puslitbang LKKMO untuk segera melakukan action nyata, cepat dan tepat, lewat beberapa program yang sudah dilakukan pada tahun ini, misalnya digitalisasi manuskrip, benchmarking preservasi manuskrip ke negara-negara yang sudah berpengalaman dalam penyelamatan manuskrip, dan Inventarisasi pemetaan khazanah keagamaan yang ada di museum nusantara.

Mengapa museum?

Museum sebagai jendela peradaban memuat benda, artefak, dan manuskrip yang merupakan khazanah intelektual yang tak ternilai harganya. Semuanya memuat rekam jejak intelektual bangsa kita yang majemuk dan sangat kaya.

“Sejatinya, kekayaan intelektual tersebut menjadi bahan referensi generasi milenial kita.  Adalah tugas kita semua untuk menyelamatkan dan merawat legacy bangsa kita. Sebab, hanya bangsa yang memiliki masa lalu yang bisa memenangkan pertarungan di masa depan. Siapa yang memiliki kearifan, merekalah menjadi the winner, pemenang di era disrupsi, era revolusi industri generasi 4.0,” jelas Zain.

Oleh karena itu, betapa pentingnya inventarisasi khazanah museum untuk mengetahui memori kolektif bangsa yang hilang dibawa oleh penjajah kolonial pada masa sebelum kemerdekaan. “Misalnya koleksi manuskripnya di Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan museum pribadi raja di Keraton yang hilang dibawa Raffles ke perpustakaan pribadinya di Inggris. Koleksi museum yang ditinggalnya hanya dua manuskrip yaitu mushaf Alquran penuh dengan iluminasi indah dan menarik serta manuskrip berjudul Surya Mataram. Manuskrip Surya Mataram berisikan tentang etika/ petuah sebagai pemimpin di Jawa,” lanjut Zain menjelaskan.

Sebagai penutup dalam arahannya, Muhammad Zain mengajak para peneliti untuk melakukan selectif paper terhadap hasil-hasil penelitian untuk diterbitkan, disosialisasikan dan dipublikasikan sehingga masyarakat luas menjadi tahu apa yang telah dikerjakan oleh Puslitbang LKKMO. Selain itu, societas kita membutuhkan referensi buku-buku bacaan yang baik tentang kearifan yang dimiliki bangsanya sendiri sehingga kaum milenial tidak merasa mengalami kekosongan literasi kebangsaan. []

(AS/diad)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI