MOBILITAS SISWA MADRASAH TSANAWIYAH
MOBILITAS SISWA MADRASAH TSANAWIYAH
Studi Kasus Output Madrasah Tsanawiyah di Pulau Jawa
H. K. Sukardji, dkk.
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,
Departemen Agama RI, 1992/1993, 118 halaman
Keragaman model pendidikan agama dan keagamaan pada dasarnya merupakan refleksi dari keragaman sosial dan kultural keagamaan masyarakat pendukungnya. Keragaman memunculkan model lembaga pendidikan mulai dari yang kurang bermutu sampai yang terbaik dan mampu berkompetisi. Sebagai model lembaga pendidikan agama dan keagamaan "terbaik" tentunya memiliki beberapa kelebihan yang layak disebarluaskan dan dikomunikasikan agar masyarakat diberi kesempatan untuk ikut menerapkannya. Karenanya perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan informasi yang lengkap.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (b) melihat faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas output Madrasah Tsanawiyah, (b) Melihat keterkaitan antara kurikulum Madrasah Tsanawiyah dengan mobilitas output Madrasah Tsanawiyah (c) Merumuskan kecenderungan atau motivasi siswa untuk memasuki Madrasah Tsanawiyah, dan (d) merumuskan rekomendasi pada Ditjen Bimbaga Islam dalam rangka memberi arah yang lebih baik tentang mobilitas output siswa Madrasah Tsanawiyah.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan analisis kualitatif, mengambil lokasi di 5 (lima) propinsi di Pulau Jawa,yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.Beberapa temuan penelitian antara lain sebagai berikut:
-
Siswa yang diterima MTs (Input) sebagian besar berasal dari SD. Untuk mengembangkan kegiatan kurikuler, khusus yang berkaitan dengan ciri khusus Madrasah Tsanawiyah, tampaknya tidak ada kesulitan yang berarti. Hal ini terlihat pada tidak adanya pengaruh prestasi belajar akhir siswa dengan latar belakang pendidikan sebelum masuk MTs.
-
Output MTs umumnya melanjutkan ke sekolah menengah atau memilih sekolah yang bervariasi. Jumlah terbesar menghendaki masuk pada Madrasah Aliyah.
-
Mobilitas siswa MTs sepenuhnya berlangsung tanpa banyak dipengaruhi oleh upaya pembinaan yang terkoordinasi melalui kegiatan bimbingan karir. Seluruh MTs sampel tidak ada yang memiliki program bimbingan karir yang baku, termasuk tenaga yang akan melaksanakannya. Ini berarti bahwa mobilitas siswa sepenuhnya dikondisikan oleh siswa beserta lingkungan yang mempengaruhinya.***