“Modal Sosial” dan Eksistensi Pura Hindu Bali
Jakarta (11 Februari 2015). Rumah ibadat, bagi sebagian pemeluknya dianggap sebagai medium sacral yang harus terbebas dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Namun demikian, tidak sedikit rumah ibadat yang selain berfungsi sebagai tempat ibadat, juga mengambil peran dalam kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
Tidak sedikit masjid dan gereja yang selain berfungsi sebagai rumah ibadat, juga berperan dalam pengembangan sosial ekonomi umatnya, bahkan masyarakat sekitar. Bahkan beberapa rumah ibadat berhasil mengelola fasilitas sosial yang dikelola secara professional. Sebut saja Masjid Agung Sunda Kelapa yang selain berfungsi sebagai tempat ibadat, juga mengelola Rumah Sehat yang diperuntukkan bagi kaum dhuafa yang ingin berobat.
Namun demikian, sedikit berbeda dengan Masjid dan gereja, keberadaan Pura bagi masyarakat Hindu bali masih dianggap sebagai tempat yang sakral. Karena kesakralannya, Pura terlarang bagi aktifitas-aktifitas non peribadatan.
Bahkan untuk menjaga kesakralan Pura, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat mengeluarkan bhisama (semacam fatwa dalam MUI). Bhisama yang dikeluarkan tahun 1994 mengatur tentang kesucian pura.
Di sisi lain, Pura Hindu di Bali setiap tahun harus mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit untuk membiayai upacara-upacara keagamaan. Bahkan salah satu Pura di Desa Pakraman, Ubung, Bali, harus mengeluarkan anggaran lebih dari 1 milyar dalam setahun untuk membiayai upacara keagamaan.
Lalu, bagaimanakah strategi pura dalam menjaga keberlangsungan upacara keagamaan dan eksistensinya? Bagaimana pula para pengurus mengelola pura agar keberadaanya dapat dirasakan oleh mayarakat, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga sosial ekonomi? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan lugas dalam penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Yoga Segara, peneliti pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Dengan menggunakan pendekatan teori modal sosial, Yoga mampu menguak strategi dibalik suksesnya pura di Kota Denpasar, Bali dalam menjaga eksistensinya. Penelitian ini juga mengungkap bahwa selain memberi manfaat secara spiritual, keberadaan pura juga mampu memberi manfaat secara sosial ekonomi.
Bagaimanakah temuan lebih lengkapnya? Silahkan pembaca simak temuan penelitian dalam artikel yang berjudul “Membagi Dunia”: Cara Pengelolaan Modal Sosial Pura di Denpasar. Artikel ini dimuat adlam Jurnal Harmoni Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014.
Artikel selengkapnya silahkan unduh pada lampiran di bawah artikel[]
Ags/viks/ags