MODEL PENDEKATAN AGAMA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi di Kalimantan Tengah)
MODEL PENDEKATAN AGAMA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi di Kalimantan Tengah)
Oleh : H.M. Afif, Toto Syatori, Huda Ali, Anik Farida
Pengentasan kemiskinan adalah program raksasa karena jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup banyak apalagi di era reformasi dewasa ini. Bila jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, pada akhir era Orde Baru hanya sekitar 27 juta jiwa, maka pada awal era reformasi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat tajam menjadi lebih 100 juta jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk miskin itu adalah karena pengaruh kurs nilai rupiah yang sangat rendah terhadap dolar, sampai Rp. 15.000,- dalam setiap dolarnya. Penurunan nilai rupiah terhadap dolar telah membuat dunia pangan menjadi tidak stabil dan karyawan menjadi resah, karena tidak mampu menjangkau biaya hidup dengan upah buruh/pekerja selama satu bulan. Kondisi ini ditambah lagi adanya kemarau panjang dari tahun 1997-1998 dan sistem sosial Indonesia yang telah penuh dengan penyakit KKN.Umat Islam sebagai komponen terbesar dan penyumbang jumlah penduduk miskin terbesar merasa bertanggung jawab untuk membantu pemerintah meskipun kondisi ini penyebab terbesarnya adalah pemerintah Orde Baru. Seumpama tidak terjadi penguapan anggaran oleh pemerintah Orde Baru, oknum birokrasi Indonesia bisa dipercaya, maka tugas-tugas swasta akan menjadi lebih ringan dan kondisi masyarakat tidak semiskin sekarang.
Di Kalimantan Tengah pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Yayasan Darut Takwa, Pesantren Al-Muhajirin dan program IDT cukup prospektif di masa depan. Yayasan Darut Takwa (Yadaka) dalam melaksanakan tugasnya memprogram pendidikan, sosial dan keagamaan. Dalam bidang sosial Yadaka telah memberi santunan hidup kepada 30 anak yatim dan 30 orang usia lanjut (lansia), pelatihan kerja, kursus-kursus dan memberi modal bergulir kepada yang layak mendapat tambahan modal. Di Ponpes Al-Muhajirin dilaksanakan program santri gratis bagi yang tidak mampu.Pengentasan kemiskinan biasanya tidak saja melibatkan para dermawan, tetapi juga supra struktur yang memberi motivasi pengentasan tersebut.***