Moderasi Beragama di Tengah Era Disrupsi, Sejauh Mana Bertahan?
Denpasar (Balitbang Diklat)---Moderasi Beragama mengajarkan kita untuk saling menghormati keyakinan, bukan memaksakan keyakinan kita kepada pemeluk agama lain. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2.
Pernyataan tersebut disampaikan Anggota Komisi VIII DPR RI I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan saat mengawali paparan materi pada Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama Balai Diklat Keagamaan Denpasar, Senin (26/6/2023).
“Kita harus dapat memahami bahwa di samping toleransi, orang moderat juga harus memiliki empati,” tegas Mantan Wakil Gubernur Bali periode 2003-2008 ini.
Menurutnya, moderasi agama penting bagi Indonesia sebab bangsa ini merupakan bangsa multietnis, multiagama. Hal ini merupakan modal dasar untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan,” katanya.
Agama memiliki tiga fungsi yaitu pertama, sistem nilai yang berisikan norma; kedua, motivasi yang memberikan dorongan untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan agama; dan ketiga, pemberi harapan bagi seseorang yang beragama.
“Moderasi beragama menjadi sesuatu yang penting karena Bangsa Indonesia merupakan bangsa beragama yang tercermin dari Pancasila. Bangsa Indonesia sangat lekat dengan ciri khasnya, yakni keanekaragaman. Sedangkan perbedaan itu sendiri adalah modal dasar untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini bangsa Indonesia tengah berada pada era disrupsi di segala aspek kehidupan, yakni disrupsi teknologi, disrupsi ekonomi, disrupsi pendidikan, dan disrupsi agama.
Di tengah era disrupsi saat ini, masyarakat Indonesia harus dapat meningkatkan skill sekaligus memanfaatkan teknologi informasi sebaik-baiknya. Selain itu, saat ini yang paling berperan dalam kehidupan adalah media sosial.
“Kaitan kondisi tersebut dengan moderasi beragama adalah budaya literasi. Kita harus membudayakan literasi agar terhindar dari pemberitaan-pemberitaan yang tidak benar yang justru akan mengarahkan kita pada konflik,” imbuhnya.
Indonesia bangsa yang kuat, jadi jangan mudah terpecah belah dengan provokasi kelompok-kelompok tertentu. “Mari kita bangun moderasi beragama yang diselaraskan dengan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa di masa depan,” pungkas Kelakan mengakhiri materi.
Cucu/diad