Moderasi Beragama Jangan Elitis, Harus Relevan dan Kontekstual
Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelenggarakan “Fullday Meeting Review Kedua Penyusunan Buku Moderasi Beragama bagi Generasi Z”, bertempat di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Dalam sambutannya, Kepala Puslitbang LKKMO, Prof. Arskal Salim, berharap masukan-masukan yang muncul pada pertemuan ini bisa melengkapi sehingga setelah ini tidak akan ada lagi diskusi seperti ini. “Tapi, akan kita finalisasi, akan ada revisi dan sebelum naik cetak nanti tentu kita akan menyerahkan kepada pembaca, mungkin akan kita pilih juga ada pembaca ahli sebagai final follow terutama staf khusus media, staf khusus moderasi beragama sehingga benar-benar buku ini ketika didiseminasikan ke seluruh Indonesia tidak akan ada lagi hal-hal yang menimbulkan kontroversi,” ujarnya.
Rencananya, kata Arskal, akan ada roadshow di kampu-kampus umum, di kampus-kampus agama-agama. Tidak hanya di UIN tapi juga di kampus Kristen seperti UKI dan Atma Jaya. “Dan, tentu kita berharap juga masuk ke lingkaran pemuda, remaja masjid, namanya generasi Z kan ada dimana-mana di lingkaran itu sehingga diharapkan moderasi beragama yang terdengar sangat elitis mudah dipahami. Jangan sampai terlalu elitis, kita ingin semua memahaminya, mendengarnya, dan memaknainya secara relevan dan juga kontekstual dalam bingkai konteks negara Republik Indonesia,” imbuhnya.
Ada dua narasumber yang akan hadir. Pertama, Lukman Hakim Saefuddin Menteri Agama 2014-2019, inisiator, konseptor konsep moderasi beragama sehingga masukannya sangat penting dan relevan. “Setidaknya ada legitimasi bahwa sebagai inisiatornya menganggap buku Moderasi Beragama bagi Generasi Z ini sudah lolos tashih,” kata Arskal.
Kedua, dari PGI (Persatuan Gereja Indonesia) untuk mendapatkan feedback karena kita tidak ingin isi materi ini sangat kencang sekali muatan Islam-nya. Kita harus membuka perspektif dari agama lain. Kami senang sekali PGI mengirim utusannya untuk memberikan masukan-masukan. “Saya kira ini sejalan dengan arahan Pak Kaban pada pertemuan yang lalu, pertemuan pertama membedah naskah buku ini ketika isinya masih mencerminkan banyak muatan-muatan agama Islam,” kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. (bas/sri)