Moderasi Beragama Membangun Kehidupan Masyarakat yang Damai dan Sejahtera

Salatiga (BMBPSDM)---Moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, melainkan juga kebutuhan yang sangat penting dalam membangun kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera.
Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Semarang, Moch. Muhaemin, dalam kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi Guru Agama se-Kota Salatiga yang digelar di Aula PLHUT Salatiga, Rabu (11/6/2025).
Muhaemin menjelaskan bahwa dengan mengedepankan moderasi beragama, masyarakat dapat mempererat hubungan antarumat, meningkatkan toleransi, dan menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik.
“Dengan moderasi beragama, kita dapat mempererat hubungan antarumat beragama, meningkatkan toleransi, dan membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengapresiasi pencapaian Kota Salatiga yang kembali mendapatkan pengakuan nasional dari Setara Institute sebagai kota paling toleran di Indonesia tahun 2024.
“Kota ini meraih skor 6,544 berkat inovasi progresifnya dalam memajukan toleransi, antara lain melalui produk hukum berupa Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Toleransi Bermasyarakat dan Penanganan Konflik Sosial,” terangnya.
Menurut Muhaemin, BLA Semarang berkomitmen mendukung penguatan moderasi beragama di tengah masyarakat, utamanya melalui pendekatan berbasis penelitian dan layanan keagamaan yang berkualitas. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga keagamaan dalam membangun tatanan sosial yang harmonis dan damai.
“Saya berharap kegiatan sarasehan ini dapat menjadi kesempatan bagi para guru agama untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan dalam mempromosikan moderasi beragama di masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga Wiharsono dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini menjadi sarana penting dalam menjaga keberagaman dan memperkuat pemahaman keagamaan yang seimbang di tengah masyarakat.
“Para guru agama dari berbagai latar belakang hadir secara aktif, menunjukkan keterlibatan, baik secara fisik maupun spiritual. Tak hanya teori, peserta didorong untuk menerapkan nilai-nilai yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses pendidikan di sekolah,” ungkapnya.
Dalam dinamika pemahaman keagamaan saat ini, muncul dua kutub ekstrem, satu pihak menafsirkan ajaran agama secara kaku dan tekstual, sedangkan pihak lain memaknai terlalu longgar, hingga mengabaikan nilai-nilai pokok ajaran agama. “Di sinilah moderasi beragama hadir sebagai koridor utama untuk menjalankan ajaran agama dengan seimbang,” tuturnya.
Lebih lanjut, Wiharsono mengutarakan guru sebagai ujung tombak pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk karakter generasi muda. “Guru diharapkan dapat memberikan wawasan yang mencerdaskan dan membentuk karakter siswa, sehingga generasi muda yang mampu menjalankan praktik keagamaan yang damai, toleran, dan penuh kasih. Nilai-nilai tersebut diharapkan tidak hanya tumbuh di lingkungan sekolah, namun juga tercermin dalam pergaulan lintas agama,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, Balai Litbang Agama Semarang dan Kementerian Agama Kota Salatiga berharap akan lahir generasi yang tidak hanya religius, melainkan juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Dengan demikian, cita-cita menjadikan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur --negeri yang baik penuh ampunan dari Tuhan-- dapat terwujud.
Kegiatan ini diikuti sekitar 150 peserta, terdiri dari para guru agama dari berbagai jenjang pendidikan di Kota Salatiga, serta dihadiri pejabat dari Kemenag Kota Salatiga. (Ludy Chyntia Hawa Saputri dan Fathurozi).