MoU dengan Universitas Ethiopia, Kaban Suyitno Tekankan Pentingnya Kolaborasi
Hawassa (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno menekankan pentingnya kolaborasi dan aksi nyata dalam kerja sama internasional, khususnya dalam konteks diplomasi moderasi beragama.
Pernyataan ini disampaikan saat memimpin delegasi Kementerian Agama RI dalam acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan beberapa universitas di Ethiopia serta pelaksanaan Indonesia-Ethiopia Interfaith Dialogue di Hawassa, Ethiopia.
"MoU yang sudah ditandatangani merupakan langkah penting karena di era ini kolaborasi adalah kunci. Kita tidak bisa hidup sendiri-sendiri, kita harus berkolaborasi," ujar Suyitno dalam sambutannya di Hawassa, Senin (5/8/2024).
Suyitno menambahkan bahwa MoU yang telah ditandatangani tidak hanya sekadar dokumen formalitas, tetapi yang lebih penting adalah tindak lanjut dari dokumen tersebut. "Aksi adalah hal yang penting. Setelah MoU, kita bisa lanjutkan dengan dialog ini dengan tema Diplomasi Moderasi Beragama untuk Membangun Dialog Antar Umat Beragama," lanjutnya.
Dialog antaragama adalah kunci untuk menjaga perdamaian, baik di Indonesia maupun di negara lain seperti Ethiopia, yang juga memiliki beragam agama dan budaya. "Saya pikir di Ethiopia, kita telah melihat banyak hal yang serupa. Kunci utamanya adalah mari kita berdialog dan terus berdialog," kata Suyitno.
Suyitno kemudian menguraikan alasan mengapa moderasi beragama menjadi topik utama dalam dialog tersebut. Di Indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta orang yang terdiri dari lima agama resmi dan lebih dari 1.300 suku, keberagaman adalah realitas sehari-hari. Namun, Indonesia telah berhasil menjaga kerukunan melalui prinsip-prinsip yang tertuang dalam Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu Bersatu dalam Perbedaan.
"Pancasila adalah lima prinsip yang menjadi panduan bagaimana kita bisa membangun kerukunan antaragama dan antar suku. Bhinneka Tunggal Ika adalah model kami dalam menjaga persatuan dalam keragaman," jelas Suyitno.
Di akhir pidatonya, Suyitno menyinggung kondisi global yang kurang kondusif, terutama di Timur Tengah, dan menggarisbawahi pentingnya peran diplomasi moderasi beragama dalam mengatasi konflik dan membangun perdamaian dunia.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, akademisi, dan pejabat pemerintah, yang bersama-sama berupaya memperkuat dialog antaragama sebagai bagian dari strategi diplomasi untuk memajukan perdamaian dan stabilitas global.
(Barjah)