Negara Butuh Masyarakat yang Saleh

26 Nov 2014
Negara Butuh Masyarakat yang Saleh

Jakarta (26 November 2014). “Dalam kondisi negara kita saat ini, dibutuhkan masyarakat yang tidak hanya saleh secara personal, tetapi juga dibutuhkan masyarakat yang saleh secara sosial” demikian disampaikan oleh Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan, Muharram Marzuki, Ph.D. Pernyataan disampaikan saat membuka acara Seminar Hasil Penelitian, Rabu (26/11).

Seminar yang diselenggarakan di hotel Akmani, Jakarta, mengangkat hasil penelitian yang berjudul “Riset Pengukuran Indeks Kesalehan Sosial Masyarakat Indonesia 2014” sebagai tema sentral diskusi. Seminar diikuti oleh perwakilan dari Direktorat Urusan Agama di lingkungan Kementerian Agama, perwakilan Majelis-majelis Agama, dan akademisi. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. Bambang Suryadi, Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Dr. Abdul Aziz, Peneliti pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

Dalam pengantar diskusi, koordinator tim penelitian, Abdul Djamil, menyampaikan bahwa penelitian indeks kesalehan sosial sangat urgen dilakukan. Menurutnya, kesalehan individual yang tampak meningkat di masyarakat, ternyata belum diikuti dengan peningkatan kesalehan sosial. Salah satu indikasinya adalah masih tingginya kasus-kasus keagamaan di masyarakat. Dalam konteks inilah riset dilakukan untuk mengukur tingkat kesalehan sosial masyarakat serta faktor apa saja yang mempengaruhinya.

Penelitian menunjukkan bahwa indeks kesalehan sosial masyarakat indonesia berada pada level 58 pada skala 1-100. Dengan kata lain, indeks kesalehan sosial berada pada ambang rerata yang tidak dapat dianggap rendah, tetapi juga tidak dianggap tinggi.

Sementara itu, variabel dominan yang mendukung kesalehan sosial adalah sikap penerimaan terhadap demokrasi (indeks 70) dan sikap tidak menghargai perbedaan (67). Temuan lain yang menarik dari penelitian ini adalah rendahnya hubungan antara pengetahuan tentang kesalehan sosial terhadap sikap kesalehan sosial yang hanya bernila 25,5% secara statistik. Hal ini berarti masih terdapat 74,4% variabel lain yang mempengaruhi sikap kesalehan sosial.

Dr. Bambang Suryadi mengapresiasi penelitian yang dilakukan. Meskipun terdapat beberapa catatan, namun beliau menyatakan bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan merupakan langkah awal yang sangat baik. Beliau yakin jika instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikelola secara lebih akademis dapat menjadi sumbangan bagi dunia akademis untuk mengukur indeks kesalehan sosial. “indeks yang digunakan dalam penelitian ini, jika sudah melalui pengujian realibilitas mauun validitas dapat menjadi satu instrumen yang dapat dipatenkan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan”, demikian ujarnya.

Sementara itu, Dr. Abdul Aziz menyampaikan bahwa penelitian ini merupakan terobosan baru dalam tradisi di Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Menanggapi indeks kesalehan sosial yang berada pada level 58, ia menyatakan bahwa kita perlu prihatin dengan rendahnya indeks kesalehan sosial.

Selanjutnya saat menutup kegiatan, Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan, Muharram Marzuki, Ph.D berharap hasil penelitian yang sudah dilakukan tidak hanya mengendap di meja-meja para peneliti. “Saya berharap hasil penelitian ini tidak mengendap di meja para peneliti. Kita harus mampu menyampaikan pesan hasil penelitian ini kepada unit-unit terkait dan masyarakat agar apa yang kita lakukan dapat memberikan manfaat di tengah-tengah masyarakat.” Demikian ujarnya[]

Abbas/ags/ags

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI