Partisipasi BLAJ Pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga

25 Apr 2019
Partisipasi BLAJ Pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga

Jakarta (25 April 2019). Tahun ini, Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ)  turut berpartisipasi dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) di lingkungan kementerian/lembaga yang diselenggarakan Kemenpan dan RB (Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi).  Program BLAJ yang diikutsertakan pada kompetisi ini adalah  “Bina Desa Model Kerukunan”.  Keikutsertaan BLAJ merupakan inisiasi dari Sekretariat Balitbang dan Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia. Kemudian direspons oleh Kepala Balai Litbang Agama Jakarta.

“Program ini tidak banyak digagas oleh kementerian atau lembaga lain. Menurut saya,  ini sejalan dengan program kelitbangan sebagai penyedia data informasi sekaligus untuk mendiseminasi. Harapan kami, program ini bisa menjadi model untuk desa-desa lain di Indonesia, sehingga sejalan dengan program pemerintah dalam pengembangan desa,” tutur Nurudin,  Kepala Balai Litbang Agama Jakarta.

Progam Bina Desa Model Kerukunan merupakan lanjutan hasil penelitian BLAJ di Desa  Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.  Tujuan proyek rintisan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran warga mengenai kerukunan,  dari semula rukun yang pasif menjadi rukun yang aktif. Program ini merupakan proses meningkatkan dan memperkuat kapasitas warga desa dalam menjaga kerukunan, sehingga dapat menjadi desa model atau contoh bagi desa-desa lainnya dalam pengembangan kehidupan masyarakat yang rukun.

Program ini tidak hanya untuk  meningkatkan kapasitas warga dalam menjaga kerukunan, tapi  juga bagaimana warga disadarkan untuk berdaya dan mandiri dalam kemajemukan. Berdaya artinya warga memiliki kemampuan mengembangkan potensi mereka untuk bisa mandiri secara ekonomi. Program ini tidak hanya menaikkan tingkat kesadaran kerukunan warga dari pasif menjadi akif, melainkan juga berupaya meningkatkan kesejahteraan warga secara kolektif.

 “Desa Pabuaran memilik banyak aspek yang bisa diangkat. Secara demografi,  desa ini sangat multikultur.  Baik dari segi keberagaman agama dan suku,  maupun dari budaya dan kearifan lokal. Mata pencaharian masyarakatnya pun beragam. Keunikan ini yang akan kita dampingi melalui Bina Desa Model Kerukunan.  Potensi ini bisa dikembangkan menjadi sumber pendapatan desa. Salah satunya menjadikan Desa Pabuaran menjadi  Desa Wisata Religi,” sambung Nurudin.

Sisi inovatif program ini adalah mendorong terwujudnya desa rukun yang dapat menjadi panutan bagi desa lain dalam hal kerukunan umat beragama. Ada tiga ciri dari desa model kerukunan. Pertama, memiliki kerukunan antarumat beragama yang bersifat aktif, ditandai dengan adanya kerja sama antarpemeluk agama, baik dalam ranah kehidupan sosial, maupun munculnya wadah kerjasama dalam bentuk perkumpulan yang beranggotakan pemeluk berbagai agama. Kedua, memiliki mekanisme penyelesaian masalah secara damai. Ketiga,pemerintah desa berperan aktif dalam memelihara kerukunan umat beragama, tercermin dalam program yang dirancang dan dilaksanakan sebagai bagian dari keseluruhan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. ((Aris W Nuraharjo/bas))

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI