Peduli Maritim, Puslitbang Penda Seminarkan Hasil Riset Pendidikan Agama di Pesisir

8 Sep 2016
Peduli Maritim, Puslitbang Penda Seminarkan Hasil Riset Pendidikan Agama di Pesisir

Bandung (31 Agustus 2016). Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggelar Seminar Hasil Penelitian tentang Pendidikan Keagamaan di Komunitas Pesisir. Seminar diselenggarakan di Hotel Prime Park Jl. Penghulu H. Hasan Mustofa Bandung, Jawa Barat.

Kepala Bidang Litbang Pendidikan Formal, Muhammad Murtadlo, dalam laporannya mengatakan, bahwa kegiatan seminar ini merupakan akhir dari kegiatan penelitian. “Bapak dan Ibu yang hadir di sini kami harap melepas jabatan masing-masing, karena kita di sini hendak berdiskusi tentang masyarakat maritim,” ujar Murtadlo mengawali sambutan.

Ia berharap, peserta seminar fokus untuk merumuskan rekomendasi pendidikan di daerah maritim yang sedianya menjadi kekuatan moral bagi Indonesia ke depan dalam rangka menjawab tantangan global. Seminar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Dr. Didik Prajoko, Dr. M. Yusuf Wibisono, Dr. Prihandoko Sanjatmiko, dan Dr. Susanto Zuhdi.

Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Hamdar Arraiyyah, dalam pidato pengarahannya meminta para peserta dapat memberikan sumbang saran dalam penyempurnaan hasil penelitian. “Kami berharap para peneliti juga bisa mencermati kritik dan saran untuk kemudian ditindaklanjuti,” ujarnya.

Saran-saran tersebut, lanjut Hamdar, bisa disampaikan dalam rangka tindak lanjut penelitian ini berupa rekomendasi ataupun program yang bisa dikembangkan ke depan, baik dalam bentuk penelitian lanjutan, riset aksi, serta kegiatan pengembangan seperti workshop.

“Saya ingat, sekitar 30 tahun silam, Universitas Hasanuddin pernah melakukan riset tentang masyarakat pantai. Tapi saya dengar aksentuasinya tentang ekonomi masyarakat tersebut. Kalau tidak salah, Sekjen Kemenag, Prof. Nursyam, juga punya kajian tentang Islam Pesisir. Terutama di Jawa Timur. Tentu kajian seperti ini menarik untuk ditelaah,” ujar Hamdar.

Menurut Hamdar, Islam berkembang signifikan di daerah pesisir. Di Poso, Sulawesi Tengah, misalnya, pada saat sebelum pecah kerusuhan, warga muslim sekitar 60 persen. “Mayoritas mereka tinggal di pesisir. Untuk daerah pedalaman dan pegunungan kebanyakan Kristen,” ungkapnya.

Hamdar berharap, hasil penelitian ini bisa direspon pemerintah dalam bentuk kebijakan baik dalam arti nasional maupun parsial oleh berbagai pihak. “Tugas kita di organisasi keagamaan Islam, Perguruan Tinggi Islam, mengambil bagian supaya keyakinan keagamaan umat ini bisa dipertahankan dan ditingkatkan pemahamannya,” tandasnya.

Acara tersebut diagendakan selama tiga hari, mulai Rabu, 31 Agustus hingga Jumat, 2 September 2016. Acara yang diikuti enam puluhan orang dari berbagai elemen masyarakat, dosen, peneliti, dan mahasiswa ini berbicara tentang pendidikan agama di wilayah pesisir.

Setidaknya ada sepuluh daerah pesisir yang menjadi target penelitian, yakni Pesisir Pulau Kera, NTT (A Muid Nawawi); Pesisir Kepetingan, Sidoarjo (Iyoh Mastiyah); Pesisir Rembang (Faiqoh); Kampung Bugis Buleleng, Bali (Nawiruddin); Pesisir Limbangan, Karangsong, Indramayu (Munawiroh).

Lalu, Pesisir Kwaru Bantul, DIY (Qowaid); Kampung Ujung Pesisi Karangasem, Bali (Ta’rif); Pesisir Tamasaju, Galesong, Takalar, Sulsel (A Muin); Pesisir Suku Bajo, Wakatobi, Sultra (Hayadin); dan Pesisir Bayan, Lombok Utara, NTB (Tohirin).

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI