Peluncuran Buku Perpustakaan Khusus vs Covid-19
Jakarta (24 Mei 2021). Pustakawan Balitbang Diklat Kementerian Agama melaunching buku “Perpustakaan Khusus vs Covid-19: Inovasi dan Kreasi Layanan pada Masa Pandemi”. Buku ini ditulis oleh Hariyah Pustakawan Balitbang Diklat dan teman-teman di 17 kementerian/lembaga.
Kegiatan bertempat di ruang Teater Perpustakaan Nasional Salemba bersamaan dengan Peluncuran dan Diskusi Buku dengan tema “Menulis, Seni Menuangkan Ide”. Acara diselenggarakan secara hybrid sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka memeriahkan hari jadi Perpustakaan Nasional ke-41, Senin (24/05).
Peluncuran buku menghadirkan narasumber yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, antara lain Pustakawan Perpusnas Frial Ramadhan Supratman, PNS Balitbangdiklat Kemenag Hariyah, Editor Milastri Muzakkar, PNS Guru SMAN 2 Banjar Saeful Hadi, dan Pelajar Kelas 10 SMKN 3 Jakarta Naurah Risadamayanti.
Pada kesempatan ini masing-masing penulis membagikan pengalamannya dalam menulis buku yang diluncurkan tersebut, yaitu: (1) Kearifan Lokal Nusantara; (2) Kisah Inspiratif Aku dan Perpustakaan; (3) Milenial Literasi Damai: Tentang Literasi, Milenial, dan Indonesia; (4) Perpustakaan Khusus vs Covid-19; (5) Antologi Puisi Kartini 2021.
Buku tersebut berisi cerita para pustakawan dan pengelola perpustakaan di 17 perpustakaan kementerian/lembaga pemerintah dalam melakukan inovasi pada masa pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Maret 2020 berdampak cukup besar terhadap pengelolaan perpustakaan. Di awal pandemi, hampir semua layanan tatap muka perpustakaan harus ditutup. Lalu, bagaimana perpustakaan berinovasi agar tetap memberikan layanan yang terbaik pada masa-masa tersebut?
Selain memberikan banyak contoh tentang kreativitas dan inovasi layanan yang dikembangkan, buku ini penuh dengan semangat para pustakawan dan pengelola perpustakaan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang selalu datang begitu cepat guna memberikan layanan yang terbaik.
“Menulis ini berbagi pengalaman kepada para pembaca tentang apa yang kita (pustakawan) kerjakan dan semoga apa yang kita kerjakan itu bermanfaat buat masyarakat pembaca,” ucap Hariyah.
“Menulis dan literasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu permasalahan hari ini terkait literasi adalah kesenjangan akses atas bahan bacaan yang tidak merata. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan bahwa setiap individu berhak untuk mendapatkan akses bacaan minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahunnya,” ungkap Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat memberi sambutan pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku ini.
Kelima buku yang diluncurkan tersebut diterbitkan oleh Perpusnas Press dan dapat diakses melalui aplikasi iPusnas atau pranala https://press.perpusnas.go.id. Acara ini diharapkan mampu menjadi bagian dalam implementasi literasi di masyarakat.
HAR/diad